Pages

Belajar Dari Tempurung Lutut (Kulantu’) Sun Bin



Sun Bin merupakan legenda China, seorang ahli strategi militer yang mahsyur setelah Sun Wu atau Sun Zi  atau Sun Tzu. Ia berkarir di dua kerajaan/negara besar yaitu negara Wei dan Qi. Pencapaian karir puncak sebagai ahli strategi militer besar didapatnya ketika ia mengabdi di Negara Qi. Sedangkan di negara sebelumnya yaitu Wei, karir Sun Bin mengalami masa kegagalan bahkan dapat dikatakan suram.

Sun Bin memulai karir sebagai Menteri Kehormatan di negara Wei. Permulaan posisi karirnya tersebut sekaligus yang terakhir di negara Wei. Bukannya karirnya maju malahan sebaliknya jatuh di palung terdalam.

Tetapi ketika ia pindah ke Negara Qi karir dan nama Sun Bin melejit bak roket. Sun Bin memenangi beberapa pertempuran besar terutama melawan former kerajaannya dahulu yaitu Wei.


Pertempuran besar yang dimenanginya yaitu Guiling dan Maling. Terutama pertempuran Guiling, pertempuran inilah menjadi kemenangan pertamanya. Sedangkan pertempuran Maling segera mengorbitkan nama Sun Bin seantero daratan China. Hal ini dikarenakan ia mengalahkan kerajaan terkuat saat itu yaitu kerajaan Wei.


Tetapi kemasyuran namanya juga mengkisahkan sekelumit kesedihan dirinya. Dalam karirnya yang menanjak itu di negara Qi, ia melakukannya tanpa tempurung lutut (kulantu' demikian orang Makassar menyebutnya).

………Hah ? Tanpa tempurung lutut? Tanpa kulantu’?
………Bagaimana bisa ia berdiri?? bagaimana bisa ia memimpin pasukan??
……… Tempurung lututnya/ulantu’nya kemana? ngapain? #Lohhhhh

( hmmm sabar-sabar, rileks dikit,
mari ngopi sambil tunggu buka puasa, #jokes90’s)


Sun Bin


Kehidupan Awal

Tak ada catatan kapan pastinya ia lahir (maklumlah akte kelahiran belum ada waktu itu) tetapi pastinya ia dilahirkan, tidak mungkin dari telur. Tahun kematiannya juga masih tak jelas tetapi Mbah Wiki (sapaan akrab Wikipedia) menyebutkan angka 316 BC. Untuk alasan kesantaian, maka marilah kita menerima tahun itu dengan santai dikarenakan belum ada kisaran tahun yang lain.

Secara umur dan waktu hidup, Sun Bin terpaut sekitar hampir 2 (dua) abad dari Sun Tzu/Sun Zi/Sun Wu (544 BC – 496 BC). Sun Tzu sendiri  terpaut 7 tahun lebih muda dari Kong Hu Cu atau Konfusius (filsuf yang terkenal itu, yang meletakkan sendi dasar nilai, moral, etika, etos, patos masyarakat China, yang nantinya berkembang menjadi kepercayaan-agama). 

Sedangkan Konfusius sendiri terpaut 12 tahun lebih muda dari Sidharta Gautama (Budha).Sun Bin lebih tua banget dibandingkan ahli strategi militer dan diplomasi China lainnya yaitu Zhuge Liang yang memuncaki karir di era Tiga Kerajaan Besar.

Satu yang pasti, mereka semua lebih tua dari kakek buyut anda bukan?  (tiba-tiba senyum garing)
Lanjut…

Sun Bin hidup ketika masa feodal baru tumbuh meriah di dataran China. Feodalisme menuntut perluasan tanah-wilayah atau kekuasaan territorial yang diusahakan sekelompok kelas elit kerajaan-negara.

Pada masa hidup Sun Bin setidaknya terdapat 7 (tujuh) kerajaan/negara besar yang saling sikut, saling serang dan saling caplok territorial yaitu Qin, Qi, Chu, Yan, Zhao, Wei dan Han. Wei merupakan negara dengan aggressor yang paling dominan terhadap kerajaan lain yang berposisi ditengah tujuh kerajaan. Periode saling berperang antara kerajaan ini disebut dengan Warring States Period.



Sun Bin lahir dalam kekacauan perang kerajaan besar tersebut dan menderita kemiskinan semenjak ia lahir. Keadaan chaos tersebut melekat kuat di-ingatannya. Setelah daerahnya luluh lantah karena perang dan menyaksikan penderitaan yang amat sangat dan kematian yang begitu mudahnya bagi rakyat biasa, ia memilih hijrah dari daerahnya.


Ia pergi dalam rangka tujuan pendidikan, terutama militer. Ia melanglang buana ke beberapa tempat mencari tempat belajar dan guru. Sampai di salah bukit, ia menemukan pertapa Wang Xu (guru Gaigu) yang membuka kelas bagi beberapa murid yang ingin belajar strategi militer dan bukan kelas kecantikan!


Di Kelas
Kemauan keras, niat lurus, otak encer, rajin, distraksi yang minim serta dukungan lingkungan menjadikan Sun Bin murid yang cepat belajar dan paling cemerlang diantara murid lainnya. Beberapa kali Guru Gaigu menguji kemampuan Sun Bin seperti tes menguasai kitab perang Sun Tzu/Sun Zi yang terdiri dari 13 Bab, Sun Bin lulus dengan predikat excellent & summa cum laude.

Guru Gaigu berulang kali memuji kemampuan Sun Bin baik dalam merapal teks, menginterpretasi teks dan memberikan argumen dengan solid.

Sun Bin digadang-gadang sebagai the next Sun Tzu/Sun Zi. Penilaian dan proyeksi guru Gaigu tersebut sangat bermetode kualitatif yaitu berdasarkan kualitas Sun Bin bukan berdasarkan kuantitaif ala poling pemirsa media mainstream dalam memilih idola yang biasanya melahirkan pemenang dengan kondisi kualitas nomer dua atau sekian.

Sebagaimana lazimmnya  dalam sebuah kelompok, kecemerlangan dan puja-puji Sun Bin ini berarti kegelapan bagi lainnya.

Diantara murid lainnya, yang paling gelisah akan progress Sun Bin ialah Pang Juan. Mengetahui potensi Sun Bin yang besar itu, Pang Juan memperlakukan teman kelasnya tersebut dengan pendekatan yang ekslusif dan sangat baik dibandingkan ke teman lainnya, tentunya tidak ada yang gratis dalam mall, Pang Juan punya kepentingan.

Turun Gunung
Ingin memulai karir dengan cepat, Pang Juan lebih dahulu turun gunung terlebih adik kelasnya tersebut masih berada di padepokan. Pang Juan meniti karir militer di negara Wei.

Pang juan sebagai seseorang yang lumayan cerdas menunjukkan kelasnya sebagai ahli strategi pertempuran militer dengan memberikan banyak analisa dan masukan kepada pemimpin pertempuran negara Wei. Dengan kemenangan di banyak pertempuran, karir Pang Juan melejit.

Berkat keberhasilannya itu Raja Huiwang menunjuk Pang Juan sebagai Jenderal Militer Senior. Tetapi kebesaran kewenangan dan karir Pang Juan tersebut berbanding lurus dengan besarnya kecemasan akan kehilangan apa yang didapatnya. Hal itu terutama jika profil Sun Bin sampai ketelinga Raja Huiwang.

Sampai beberapa waktu berlalu, kecemasan Pang Juan terbukti.

Qin Huali sebagai penasehat Raja Huiwang kerajaan Wei memberitahukan kepada Raja Huiwang bahwa adanya murid Guru Gaigu dan teman sekelas Pang Juan yang jauh lebih cerdas dan cakap yaitu Sun Bin.

Qin Huali sebelumnya pernah mengunjungi Guru Gaigu dan dijamu oleh Sun Bin. Setelah bercakap sekian lama, akhirnya Qin Huali mengetahui kualitas teman bicaranya itu (Sun Bin) yaitu diatas rata-rata, kepribadian yang jujur, tulus serta humble dengan pakaian dan penampilan permukaan yang sangat sederhana. Meskipun pada awalnya Huali yang banyak berbicara, namun lama kelamaan setelah mengetahui kualitas teman bicaranya itu Huali malah merasa malu untuk berbicara banyak.


Qin Huali memberitahukan profil Sun Bin kepada Raja Huiwang. Segera setelah mendengar berita itu, Raja Huiwang memanggil Pang Juan dan mengklarifikasi berita itu. Pang Juan kaget bukan kepalang dan merasa terancam (terancanga mama’). 

Terlebih ketika Raja Huiwang menitahkan kepada Pang Juang 
“panggil teman sekelasmu itu kehadapanku” teriak Raja
"Baik raja" sahut Pang
"tapi satu lagi..." teriak Raja Huiwang
"ada apa raja? apa itu raja?" jawab Pang
"Cek I.G kita sissss.....  " balas Raja Huiwang dengan nada suara lembut dan jemari melentik


Realitas memainkan dramanya
Dengan hati yang berat, Pang Juan kembali kepadepokannya dan bertemu adik kelasnya cum rivalnya Sun Bin. Pang Juang melakukan banyak percakapan dan akhirnya mengajak Sun Bin untuk turun gunung dan bergabung ke negara Wei atas perintah Raja Huiwang.

Sun Bin yang sekian lama diperlakukan sangat baik dan menganggap Pang Juan sebagai kakak seperguruan sekaligus sahabat tidak dapat menolak ajakan itu.

Beberapa hari kemudian berangkatlah Sun Bin si kutu buku ini ke negara Wei sekaligus momen turun gunung pertama dengan simulasi imajinasi akan mempraktekkan dan membuktikan ilmu pengetahuan perangnya dengan gemilang.

Sesampainya di kerajaan Wei, Raja Huiwang menyambutnya dengan hangat dan melakukan tes wawancara kepada Sun Bin. 

"sebelum tes pengetahuan umum dan wawancara ini dimulai, mohon isi biodata pada LJK berikut dengan menggunakan pensil 2B. Dan awass, no joki!instruksi Raja kepada Sun Bin

Tes segera dilakukan, Raja Huiwang terkesima dengan pengetahuan Sun Bin akan perang, formasi militer dan strategi. 

Setelah lulus tes pengetahuan umum & wawancara, dengan terburu-buru Raja Huiwang mengangkat Sun Bin sebagai Deputi Panglima Tertinggi untuk mengawasi daerah operasi militer menemani Pang Juan.

Posisi tersebut dimaksudkan Raja Huiwang sebagai sarana mempercepat ambisinya menguasai beberapa kerajaan besar di daratan China dengan menggabung dua mastermind strategi militer kelas elit bersama-sama.

Tetapi realitas mempunyai aturan mainnya sendiri, tak ada dua nahkoda dalam satu kapal, yang banyak hanya ABK (Anak Buah Kapal) saja.

Mengetahui bahwa Raja menawarkan posisi strategis itu kepada Sun Bin, Pang Juan merasa semakin terancam dan menyadari rivalitas akan segera mewujudkan diri. Pang Juan segera melobi Raja agar pemuda kutu buku kurang pengalaman kerja itu bisa dicoba dulu magang menjadi Menteri Kehormatan.

Bayangkan, kerja magang saja langsung jadi Menteri…. -__-“

---- **--- ** -----

Berjalan hari mengawal kekuasaan di kerajaan Wei, Sun Bin mengalami gejala home sick.  Sun Bin ingin sekali pulang kampung di daerah yang dikuasi kerajaan Qi. Tetapi karena posisinya di kerajaan Wei, mustahil ia berpergian ke daerah musuh kerajaan tersebut.

Sun Bin menceritakan kegalauannya itu kepada Pang Juan. Pang Juan yang melihat hal ini sebagai momentum untuk menjatuhkan Sun Bin. Pang Juan menasehati agar ia jangan kembali ke kampung halamannya karena hal itu sangat berbahaya dan merusak reputasinya. Pang Juan menyarankan agar Sun Bin mengirim surat saja kepada keluarganya di kampung.

Mendengar nasehat dari yang dianggapnya sahabat tersebut, Sun Bin berlega hati. “Akhirnya rinduku bisa sampai ke kampung melalui surat”, ucap Bin dalam hati (loh kok didengar dalam hatinya).

Tanpa menaruh sedikitpun rasa curiga, Sun Bin menulis secarik surat yang mendayu-dayu rindu kepada sanak saudaranya di comefrom (baca: kampung). Setelah selesai surat ditulis kemudian surat itu disimpannya untuk ke-esokan harinya akan dititipkan kepada salah seorang kurir JNE dengan layanan YES (Yakin Esok Sampai) dan YAKUSA (YAKin sUratmu Sampai)

Pang Juan yang mengetahui surat itu telah ditulis, melaporkan kepada raja. Pang Juan membisikkan raja 
“ssttt, Raja, diam-diam Sun Bin melakukan komunikasi rahasia dengan negara rival yaitu negara Qi. Ia telah menulis surat yang berisi informasi kerajaan Wei yang rahasia. Raja…tojenga" kata Pang kepada Raja

Mendengar bisikan itu, Raja Huiwang sangat marah. Diperintahkannya pasukan untuk menyita surat dan menghukum Sun Bin. 

Suratpun tidak sempat dibaca dan Sun dijatuhi hukuman berupa “Bin”.

Hukuman “Bin” yaitu mencabut kedua tempurung lutut (kulantu’) Sun. Otomatis setelah Patella (tempurung lutut) dicabut, Femur (tulang paha) dan Tibia (tulang kering) tidak lagi tersambung dan dapat dipastikan Sun tidak dapat berdiri lagi. Sun hanya bisa bergerak dengan cara menyeret/ngesot. Jempol tangannya masih selamat, masih bisa chattingan di WhatsApp.

Di kerajaan kuno China banyak sekali model hukuman, mulai dari memotong dua tubuh, menarik tubuh pakai kuda sampai tercerai berai, menghancurkan muka dan sebagainya. “Bin” merupakan hukuman lapis bawah yang tidak sampai membunuh tetapi mempermalukan secara sosial, menyiksa fisik dan mematikan karir si terdakwa. Sejak saat itu nama Sun diembeli Bin dibelakangnya.


Penderitaan dan Terbelalak
Setelah kejadian itu segala impian dan semangat hidup Sun Bin luluh lantah. Cita-cita Sun seakan telah sirna. Sun menjalankan kesehariannya dengan kondisi cacat dan penuh penghinaan.

Pang Juan sekali lagi berakting
“Sedih sekali melihatmu begini Sun, seandainya saya tahu bahwa kau akan dihukum begini saya akan cepat menyelamatkanmu. Kau bisa pergi dengan sehat” ucap Pang Juan kepada Sun.

Sun yang mendengar kalimat itu menangis tersedu-sedu 
“oh sahabatku terbaik, andalang gue, tomorrow landing, terima kasih atas kebaikanmu kepadaku selama ini”, ucapan lugu Sun

Pang Juan memberikan nasehat agar Sun tidak patah semangat 
“Sun jangan menyerah, jangan menyerah, jangan menyerah (3 kali) seperti kata D’Masiv. Kau masih bisa berkiprah dalam ilmu pengetahuan dengan menuliskan pengetahuan strategi militermu tersebut kedalam sebuah kitab” tutur Pang.

Mendengar nasehat itu, Sun kembali bersemangat, bak menemukan emas 100 gram di akhir bulan. Tak perlu kalimat-kalimat komersil manis seorang Mario Teguh yang berkata-kata bijak dan berpenghasilan puluhan juta dari kata-kata manisnya itu. Lirik D’Masiv ternyata ampuh.

Sun mengabiskan hari dan malamnya berpikir keras dan menuangkan pikirannya tersebut kedalam tulisan-tulisan. Seakan tidak ada waktu untuk bersantai dan menikmati dunia. Seakan kejar tayang sinetron syuting stripping, tiap hari Sun beraktivitas itu-itu saja.

Melihat kondisi tersebut, seorang pelayan tua sederhana yang sehari-harinya melayani Sun menegur dan menyadarkan Sun
“Sun kau itu bodoh, lugu atau kurang gizi?, setelah selesai kau menulis kitab itu, Pang Juan akan membunuhmu” tutur pelayanan tua

Pelayan itu memberitahukan bahwa Pang Juan-lah yang menjebak dan memfitnah Sun Bin kepada Raja.

Bak kilat menyambar siang hari seperti puisi Neruda, perasaan Sun berkecamuk di siang bolong. Jengkel, sedih, kecewa, asem, asin, bau ketek, bergelayutan dikepalanya.

Sejak saat itu Sun Bin mudah kecewa karena seringnya ia dikecewakan, terutama dengan kerjaan yang sepenuhnya maksimalis ia lakukan.

“Saya memang menguasai 13 Bab seni perang Sun Tzu, tetapi saya ini anak yang lugu” sesal Sun Bin. 

Seorang intelektual buku tersebut harus pasrah mencicipi realpolitik lapangan yang begitu kompleks.

Kali ini Sun membiarkan potensi, intuisi dan kecerdasan intelektualnya bermain, dengan memasang strategi dan waspada. Ingin Sun ialah segera keluar dari istana terkutuk itu dan keluar dari lingkaran Pang.

Sun lalu membakar semua naskah-naskah yang telah ditulisnya dan menempuh strategi sederhana, klasik namun jitu untuk mencapai keinginannya keluar dari istana. Strategi dan taktik itu ialah (jreengggggg suara gemuruh gitar dan gedebuk drum) ialahh….. PurPurGil-Pura-pura Gila. Yah pura-pura gila merupakan strategi yang cukup ampuh disuasana, kondisi dan konteks tertentu dan usia strategi ini sudah ada dari jaman baheula.

Sun Bin kemudian mulai berakting dengan menyanyi-nyanyi dengan berisik. Pengawal yang melihat keanehan itu melaporkan ke Pang Juan.

“Aii keknya saki-saki mi itu Sun Bin, Puang Pang. Menyanyi keras sekali suaranya, lagunya nda jelas, nafasnya aja fals apalagi suaranya. Gilami kapang” ucap pengawal.

Pang Juan yang tidak gampang percaya mendatangi Sun Bin dan menggertak 
“Sun ko' stop tipu-tipu !! Jangan akting didepanku, karena saya ini raja acting pemenang Oscar 3 tahun berturut-turut. Kalau kau tidak berhenti pura-pura gila, saya siksa engkau sampai mati dengan cara mengirimkan RBT Kangen Band menjadi nada deringmu” ucap Pang.

Namun Sun Bin yang menyadari ia tidak akan dibunuh selagi kitabnya belum selesai ditulis terus menambah kualitas aktingnya dan dramanya.

Pang Juan yang tidak tahan menyuruh pengawal untuk membuang Sun di kandang babi.

Ke-esokan harinya dengan tergesa-gesa pengawal kembali menghadap Pang.

“Aii Puang Pang, kayaknya saki-saki bin gila tojengi itu Sun Bin. Masa dikasi makanan na buangki makanannya. Terus pergi namakan itu kotoran babi. Terus namakan begituji kotoran babinya, nda na kasi sambal” tutur pengawal.

“Ah masa? tojengko?, ai kodong gila betulmi itu Sun. Sun Stress Livin La Vida Locanyanyi Pang. 

Pang lalu menyuruh pengawal untuk membuang Sun Bin dipusat keramaian kota.

“Pengawal, buang Sun jauh dari sini, sebelum itu babi ikutan gila dengan memakan kotorannya sendiri. Bayangkan kalau babi-babi kita ikutan gila, mereka semua jadi binatang rendahan apa lagi??? Atas nama babi, buang Sun!” teriak Pang.

Akhirnya politik PurPurGil untuk menyelamatkan diri berhasil, pertama kali mengibuli Pang. Sun Bin dibuang di kota, lambat laun berjalan hari, minggu, bulan orang-orang mulai melupakannya dan Sun dianggap pengemis.

Sun Bin menjalani hari-harinya dengan penuh penderitaan, miskin terhina, terbuang, dilupakan, lapar, hati dan dompet yang kosong, tanpa pasangan. Sun nyaris tewas dengan status jomblo. Hari-hari berjalan begitu ngenes.

Turning point
Mendengar desas desus Sun Bin dibuang dan ditelantarkan, seorang utusan dari negara Qi datang menyelinap dan membujuk Sun untuk ikut bersamanya. Sun Bin lalu diselundupkan keluar dari kota dan daerah kekuasaan negara Wei lalu kemudian masuk ke negara Qi.

Sesampainya di negara Qi, Sun Bin diperlakukan begitu baik dan terhormat. Sun Bin dimandikan, bersih dan kinclong lagi, mirip kendaraan off road yang baru keluar dari tempat cucian mobil.

Sun siap untuk mengabdi kepada yang menyelamatkan dan menghargai kemampuannya. Jenderal senior Tianji merupakan kawan akrab baru Sun di negara Wei.

"Beri aku ruang, kepercayaan dan dukungan, aku akan buktikan kemampuanku dan membuat negara ini besar dan jaya" tegas Sun kepada Tianji.

Sun Bin banyak berdiskusi bertukar pikiran dengan Tianji mulai dari gosip artis AA, video Ariel-Luna sampai ke strategi-strategi perang yang mumpuni. Pada suatu momentum, Sun Bin memperlihatkan kecakapan intelektualnya dengan memberikan saran jitu kepada Tianji.

Tianji mengeluhkan dalam setiap lomba balapan motor, ehh salah, balapan kuda marathon dengan Raja Weiwang (raja negara Qi) Tianji selalu kalah. 

Balapan kuda akan dilaksanakan beberapa hari lagi dan aturan balapan kuda itu yaitu 3 kuda dipacu dalam 3 tahap (kuda 1, kuda 2 dan kuda 3).

“Aisss gampang sekaliji itu Tianji. Begini caranya supaya kamu menang: kuda pertama raja kau lawan dengan kuda pacumu nomor dua, kuda kedua raja kau lawan dengan kudamu nomor satu, dan kuda ketiga raja kau lawan dengan kuda nomor duamu. Oke cess!!” tutur Sun.

Model saran Sun:
Babak I (R) K1 vs K2 (T), Babak II (R) K2 vs K1 (T) dan Babak III (R) K3 vs K2 (T).

Akhirnya tiba hari yang ditunggu tersebut, perlombaan pacuan kuda dilaksanakan.

Dalam pertandingan balap kuda marathon tersebut terbukti strategi Sun Bin berhasil.

Babak pertama Tianji kalah, babak kedua kuda Tianji berhasil menyamakan kedudukan dan babak ketiga kuda Tianji unggul melawan kuda raja. Tianji sangat senang bukan kepalang, baru kali ini ia mengalahkan kuda Raja Weiwang.

Sejak kemenangan itu, Tianji semakin mantap keyakinan bahwa Sun akan membawa perubahan signifikan kepada negara Qi. Raja Weiwang juga terkesima dengan kecakapan Sun dan memberinya posisi sebagai penasehat militer Raja.

Perang
Pada tahun 354 SM, negara Wei yang semakin brutal dibawah panglima perang Pang Juan melakukan invasi besar terhadap negara Zhao. 8 ribu pasukan mengepung ibukota kerajaan Zhao dan keadaan menjadi kacau.


Utusan diplomatik Zhao bergerak melobi raja negara Qi untuk meminta bala bantuan. Tentu yang diharapkan negara Zhao adalah bala bantuan militer dari Qi, bukan sekedar doa dan kalimat motivasi, apalagi hanya memencet tombol like.


Raja Weiwang yang menerima utusan Zhao kemudian menimbang dengan matang dan meminta masukan Sun Bin terkait krisis ini.

Sun Bin berbisik kepada Raja 
“ssttt, telingata dulu say….begini Raja, akusih Yes. Bilang saja kepada utusan ini negara Qi akan membantu mengirimkan pasukan tetapi waktunya dirahasiakan. Biar moral tempur pasukan mereka dilapangan naik kembali dan bertempur habis-habisan mempertahankan kerajaannya” bisik Sun ke telinga Raja yang hampir rapat di bibirnya ehemmm.


“Aku sebagai Raja Qi menyatakan Yes. Sampaikan pesan “Yes” ku ini kepada raja kerajaan Zhao dan satu lagi gambatte mamen” teriak raja dengan semangat.

Mendengar hal ini utusan diplomatik kerajaan Zhao sangat gembira dan bergegas pulang memberitahukan kabar baik kepada rajanya.

Strategi tersebut berhasil, moral pasukan Zhao yang dikepung kembali naik sekuat tenaga dan berbagai strategi pertempuran dikerahkan untuk menahan laju pasukan Pang Juan.


Bantuan pasukan Qi atas saran Sun Bin tidak bergerak ke arah kerajaan Zhao tetapi bergerak ke arah daerah kerajaan Wei. Saran Sun Bin kepada Tianji yaitu membagi pasukan menjadi dua yaitu pasukan lemah dan kuat. Seperti model balap kuda tadi, pasukan lemah sebagai pemancing dan pasukan kuat bertujuan untuk mencegat dan memukul lawan.


Pasukan lemah terus bergerak mendekati daerah kerajaan Wei dan melakukan pertempuran. 

Raja Huiwang bingung “loh kok saya nyerang ke sono, ini malah ada yang nyerang ke daerah aku, piye iki sam?”

Pang yang mendengar kabar tersebut dengan bergegas dan terburu menarik semua pasukannya di medan Zhao dan kembali ke daerah Wei untuk mempertahankan dan mengalahkan pasukan negara Qi.


Pasukan Wei yang hilang fokus dan berganti dengan titik fokus yang banyak akhirnya dikalahkan oleh pasukan kuat Qi dengan mengorbankan pasukan lemah. Pertempuran itu terkenal dengan nama pertempuran Guiling, bukan guling yah!

Kemenangan Guiling merupakan kemenangan pertama pasukan negara Qi atas negara Wei dan segera melambungkan nama Sun Bin. Sekaligus kekalahan pertama Pang Juan dimedan pertempuran.

“Ahhhh ternyata kau Sun Bin,…awas kau Sunnnnn....Sunntoloyo” gerutu Pang Juan dalam hati dengan gerak alis naik turun seperti syuting close up dalam sinetron kepada pemeran antagonis yang lagi merencakan rencana jahat yang didengarkan semua pemirsa.


The Fall of Wei
Tak kapok, ambisi Raja Huiwang serta Pang Juan untuk mengalahkan kerajaan lain terus berlanjut. Ketamakan dan kerakusan menggerogoti diri mereka.

Pada tahun 340 SM, pasukan negara Wei dibawah pimpinan Pang Juan melakukan agresi dan invasi yang jauh lebih besar dari sebelumnya kepada kerajaan Han. Kerajaan Han dulunya merupakan sekutu negara Wei.


Namun Raja Huiwang melupakan motto “bersama kita teguh, bercerai kita kawin lagi” dan berniat menjadikan territorial kerajaan Han menjadi milik kerajaan Wei.


100 ribu pasukan dipimpin oleh Panglima Perang Pang Juan dan Pangeran Shen bergerak ke arah negara Han untuk menyerbunya.


Utusan diplomatik Han menemui Raja Weiwang negara Qi untuk meminta bantuan.

Negara Han mengandalkan negara Qi karena reputasi Qi yang pernah mengalahkan pasukan Wei dan berharap keajaiban kali ini terulang dan kerajaan serta rakyat Han bisa diselamatkan.

Seperti biasa Raja Weiwang kembali meminta nasehat Sun Bin.

“Ssttt..telingata lagi say, seperti yang dulu mo. Akusih Yes, bilang pasukan Qi akan membantu negara Han dan minta mereka bertempur habis-habisan” bisik Sun Bin yang kali ini lidahnya sudah ditelinga Raja Weiwang, ehemmm berat.


“Hei utusan Han, Aku sebagai Raja Qi, Aku sih Yes. Sampaikan pesan “Yes”ku ini kepada raja dan seluruh pasukanmu. Dan satu lagi gambatte cinnnnnn“ teriak raja Weiwang sambil melambaikan bulu matanya yang lentik.


Mendengar itikad baik tersebut utusan Han bergegas kembali ke negaranya dan menyampaikan pesan “Yes” negara Qi tersebut. Raja dan segenap pasukan Han kembali terangkat moralnya dan melakukan pertempuran yang dua kali lebih semangat daripada sebelumnya untuk menahan gempuran pasukan negara Wei.


Nasehat Sun Bin agar membiarkan sejenak pertempuran Han vs Wei agar mereka kelelahan dan melakukan taktik serupa pertempuran Guiling.

Pasukan negara Qi atas pimpinan Tianji dan Sun Bin bergerak ke arah ibukota Wei (Daliang). Kali ini pasukan tidak dibagi dan berjarak jauh tetap dalam jangkauan kordinasi. Puluhan ribu pasukan Qi dalam radius yang dekat dengan ibukota Wei membuat panic at the disco Raja Huiwang.

“Waduh, naga-naganya ini seperti pertempuran lalu. Saya nyerang ke sono, sampeyan nyerang sini. Apaan sih kamyuuu,,,,” gerutu Huiwang.

Pang Juan yang mendengar kabar pasukan besar Sun Bin berada dalam radius dekat dengan ibukota Wei menarik semua pasukan dari medan pertempuran Han dan beralih pulang ke medan Wei. Tetapi kali ini Pang Juan lebih berhati-hati atas pasukan pencegat negara Qi dan kali ini lebih 10 kali lipat jumlah kekuatan pasukan Pang Juan dibandingkan pertempuran Guiling lalu.


Akhirnya 100 ribu pasukan Wei (ini gak ada yang mati yah di pertempuran Han ? -__-“) bertemu dengan puluhan ribu pasukan Qi di suatu front. 

Tetapi Sun Bin memilih untuk tidak menghadapi pasukan Wei tersebut secara frontal. Sun Bin memilihi strategi PurPurKur (Pura-pura Kabur) mirip dengan model ketika ia mau keluar dari istana Wei yaitu PurPurGil.


Pura-pura kabur tersebut diterjemahkan sebagai berikut:

Pasukan Qi bergerak mundur. Dalam gerakan mundur tersebut setiap peristirahatan akan diperlihatkan jumlah periuk makanan yang berkurang. Periuk makan yang berkurang tersebut menandakan pasukan Qi berkurang dan menimbulkan spekulasi kocar-kacir, batalyon melarikan diri, mati kecapean, mati jomblo, mati gak gajian dan sebagainya.


Gerakan mundur pasukan Qi pertamanya menyimpan 100 ribu periuk makan, kemudian berkurang menjadi 50 ribu periuk makan, kemudian yang terakhir 30 ribu periuk makan. 

Pang Juan dan bala tentaranya yang dengan kesetanan memburu pasukan Qi siang dan malam mendapati periuk itu terus berkurang dalam 3 hari.


“ahaahaa….pasukanmu terus berkurang Sun Bin. Ku kejar kau sampai kepelaminan eh salah sampai kepelarian “ teriak Pang. 


Pang yang sudah over Percaya Diri tersebut menyuruh pasukan infantrinya berhenti mengejar. Sisa pasukan Kavaleri (berkuda) yang kuat saja yang ikut dengan Pang mengejar pasukan Sun Bin dan jumlah Kavaleri hampir setengah total pasukan Pang.


Pelarian pasukan Sun Bin mendadak berhenti di daerah Maling (ini bukan pencuri, nama daerahnya memang Maling). 

Topografi front Maling tersebut yaitu jalan celah sempit diantara bukit tinggi dan ditumbuhi pohon-pohon berdaun lebat.

Sun Bin memilih sekitar 10 ribu pemanah handalnya untuk melakukan penyergapan puluhan ribu pasukan Pang. Sun Bin menyuruh pasukan untuk menuliskan (tentunya memakai aksara China bukan aksara India) kalimat “Pang Juan akan mati dibawah pohon ini”. 

Dan Sun Bin memerintahkan pemanahnya melakukan hujan panah setelah pasukan melihat tanda kobaran obor api di bawah pohon itu.

Jika aksara ditulis dalam aksara India, pasti pasukan Pang hanya akan mengira hal tersebut graffiti vandal.

Ketika pasukan Pang Juan memasuki daerah Maling pada malam hari tiba-tiba seorang pasukan garis depan menghadap ke Pang bahwa mereka melihat ada kalimat bully Pang di tulis dipohon sebelah sana (sambil menunjuk). Semua pasukan bergerak masuk ke celah sempit itu dan Pang memerintahkan pasukannya untuk menerangi pohon besar bertulisan itu agar ia dapat membacanya.


“Ahahaaaa….. mimpi kau Sun Bin membunuhku ditempat ini, terlebih lagi tulisanmu jelek” cekikikan Pang Juan. Sesaat itu pulalah, pasukan pemanah Sun Bin yang melihat banyak obor api menghujani pasukan kaveleri Pang Juan dengan anak panah yang melesat pesat wuzz wuzz.


Dengan kondisi pasukan yang kocar kacir karena kaget dan tidak dapat melarikan diri dengan seksama dan dalam tempo sesingkat-singkatnya, pasukan kavaleri Pang Juan berhasil dikalahkan. Pasukan Sun Bin melakukan pukulan balik mengejar Pasukan Pang Juan baik yang kavaleri maupun infanteri yang kehilangan komando, jati diri dan masa depan.


Pasukan Qi atas pimpinan Tianji dan Sun Bin berhasil mengalahkan 100 ribu pasukan Wei dan menangkap pangeran Shen. Pang Juan lalu bunuh diri dikarenakan malu telah tertipu, merasa terhina dan terutama tidak terima namanya diukir dengan tulisan yang jelek.

---------- ^^^^^^ ---------

Semenjak kekalahan pasukan negara Wei di pertempuran Maling tersebut, kekuatan militer Wei tidak bisa bangkit lagi dan pusat kekuasaan berganti ke negara Qi atas China daratan. Kemenangan tersebut membuat nama Sun Bin kian tersohor.


Jalan ketenangan diri dan damai: keluar dari politik elit
Seiring dengan kekuasaan kerajaan Qi yang membesar dan Raja yang mulai uzur, intrik politik elit semakin tajam dalam memperebutkan kekuasaan. Tianji yang mempunyai rekam jejak militer yang mumpuni dianggap rival terkuat bagi Perdana Menteri Zhou Ji.


Sun Bin sudah membaca gelagat PM Zhou Ji sejak dulu terus memperingatkan Tianji akan kemungkinan masalah akan datang. Tianji tidak mengindahkan saran Sun Bin dan menganggap hal tersebut bukan masalah.


Proyeksi kekacauan politik elit dalam kacamata Sun Bin tidak terelakkan oleh karenya Sun Bin ingin menghindari hal itu. Sun Bin menolak imbalan dan tawaran Raja Weiwang yang diberikan paska kemenangan atas negara Wei dan menolak piala Adipura karenya masih kotanya masih banjir.


Sun Bin melepaskan diri dari friksi dan intrik politik elit kerajaan dan memilih untuk menyendiri dan menuliskan pengetahuan yang diperkaya oleh pengalaman real kedalam sebuah kitab/buku. Ia menghabiskan hari-harinya dengan duduk menulis, dan akhirnya menghasilkan sebuah buku berjudul “Seni Perang Sun Bin”.

Buku tersebut dipakai dan dipelajari dari generasi ke generasi. Tetapi jejak buku itu hilang beberapa lama. Hingga sampai tahun 1972, ekskavasi di Provinsi Shandong menemukan kembali kitab perang yang lama hilang itu.


Belajar dari tempurung lutut
Sun Bin mendapati realitas yang sangat kompleks dari pikiran dan pengetahuannya yang didapatkan dari buku. Keluguan menandakan kurangnya pengalaman langsung. Cita-cita ideal teramat naïf jika ia terisolasi dan berdiri sendiri.

Kondisi tempurung lutut/kulantu’ juga dapat menggambarkan kondisi seseorang. Contohnya ketika kau mendengar kabar ada undangan pernikahan dari pacarmu (yang kau harap menjadi istrimu) yang tiba-tiba minta putus 7 bulan lalu dan 7 bulan kemudian ia menikah dengan yang lain sementara kau sedang berada di kota yang berbeda untuk melanjutkan studi.

Tiba-tiba saat itu terjadi seakan-akan tempurung lututmu goyah bahkan nyaris hilang, telapak kaki tidak napak. Jangankan konsentrasi tesis, konsentrasi hidup bahkan track masa depanmu menjadi blur dan sekelenyap menghilang

Goyah dan letihnya tempurung lutut saat kecewa dan sedih terdalam mungkin jauh lebih brutal daripada tempurung lutut yang kecapean setelah bercinta secara marathon 2-3 ronde ataupun selepas pendakian Gunung Latimojong tanpa persiapan yang mumpuni.

Bagi yang tidak pernah merasakannya, hal ini seperti Sun Bin bermain dengan pikirannya sendiri setelah ia mendapatkan kecerdasan intelektual dari buku. Seperti Sun Bin yang belum turun gunung. Baru sekedar mengetahui dan lewat saja tanpa bisa merasakannya.


Sampai suatu saat kau melihat pasangan itu bersama dengan keluarga barunya bergandengan di pusat perbelanjaan sedangkan kau hanya menggandeng dua barang belanjaan, saat itu tempurung lututmu kembali di uji kawan.


Walaupun teknologi informasi dan zaman berjalan begitu maju dan modern tetapi cinta tetaplah persoalan tradisional, kuno dan klasik.

(Loh ini dari strategi militer kok ke Cinta, heheee)

Namun secara agregat, Sun Bin mengajarkan (tentunya selain strategi militer dan kemenangan paripurna), tetaplah berencana, berstrategi dan belajar meskipun ngenes secara sosial, ekonomi dan sebagainya serta jangan sungkan untuk sesekali pasrah saja.
Jika banyak kabar gembira, maka tempurung lutut sehat.

Seperti pribahasa kuno China, “Semoga Orang Yang Baik Panjang Umur”.







Makassar, 30 Juni 2015,
2 PM WITA,
Cerita dimodifikasi berdasarkan keinginan penulis. 
Cerita diatas ada betulnya dan ada tidak betulnya


Referensi
Sun Bin’s Art of War, Terjemahan Sui Yun, Gramedia 2001

*Untuk film Sun Bin – Pang Juan dapat menonton film The Warring State (2011).
*Untuk film Zhuge Liang dapat menonton Red Cliff 1 & 2 (2008-9).