seri tulisan : menjabarkan logika berpikir
edisi : Libertarian - capitalism
Review
buku
Tibor
R. Machan “A Primer On Ethics”
©
1997 by the University of Oklahoma Press,
Sekilas
tentang si Machan
Tibor R Machan (lahir 1939) merupakan
Hungarian-American philosopher, emeritus professor di Auburn University
(Auburn,Alabama USA), juga mengajar
Arygros School of Business & Economic di Chapman University (California), peneliti di Hoover institute di Stanford
University, juga di CATO institute (American Libertarian think thank in
Washington D.C – dengan misi prinsip limited government, free markets,
individual liberty dan peace), dan merupakan anggota Ludwig von mises institute
di Auburn Alabama (institute yg melestarikan pemikiran Austrian School – economist:
Ludwig Von Mises dengan prinsip
anti-war, anti-intervensi, liberty, individualism). TRM merupakan seorang
libertarian golongan minarchist (libertarian capitalist poltical philosophy),
dengan prinsip kebebasan individu, peran negara minimal (peran negara hanya
melindungi indvidu dari agresi dan kriminalitas atau diistilahkan “night-watchman
states”) sistem ekonomi laissez-faire sebagai solusi kemakmuran.
Review
buku
Buku “A Primer On Ethics” merupakan
sebuah buku pengantar studi ethics, di dalamnya terdapat sepuluh bab. Bab pada
buku ini mensistematikakan apa yang penulis konstruksikan yaitu Pada bab
pertama membahas pengertian mendasar etika, bab kedua tentang asumsi yang
terdapat dalam etika, yang nantinya membentuk alur etika sebagai dialog diri
tentang pilihan-pilihan tindakan individu, bab selanjutnya sampai bab 5
mengenai posisi etik, meta-etik dan kritiknya terhadap moral theories dan posisi
dari etik, pilihan moral baik dan benar. Pada bab ini penulis dengan lihai
menulis tentang political sistem berdasarkan idiologi penulis yaitu libertarian
dan capitalism Pada bab 6 dan seterusnya penulis berkonstruksi berdasarkan idiologi
penulis dengan menekankan etika sebagai personal concern, bab ke tujuh
merupakan trajektori tujuan penulis dengan melayangkan tulisan tantangan etika
yang subjektivis, relativis, nihilism. Bab ke delapan mengajak pembaca untuk
memikirkan ulang tentang dikotomi fakta atau nilai/value, bab ke Sembilan mengenai
mengaplikasikan etika dan kebingungan
etika, bab ke sepuluh pamungkas berupa kesimpulan dan himbauan tentang pay
attention and think before act sebuah narasi individu.
Bab
pertama (p.3 – 10)
TRM menganggap studi etika mirip
seperti cabang studi filosofi yang lain dimana tidak ada asumsi sederhana yang
ortodoks untuk menterjemahkannya. Etika
dan moral merupakan dua termin yang dapat dipertukarkan yang mempelajari/studi
proper standard dan principles of human conduct yang berdasarkan pertanyaan “how
should I live?”. Di dalam medan etika
peneliti akan memeriksa beberapa rangkaian dari tindakan/action diantaranya
identifikasi dan evaluasi standard moral, dan pilihan terbaik apa yang dapat
dipergunakan untuj hidup. Tidak mengejutkan bahwa kontroversi selalu melingkupi
studi ini.
Penulis (baca: TRM) menggunakan
pilihan idiologinya (baca:libertarian) dalam menjawab pertanyaan umum “mengapa
etika menjadi bagian dari kehidupan manusia?, penulis menjawabnya manusia
sebgai human beings merupakan mahluk yang bebas, manusia mempunyai inisiatif
dalam hidupnya untuk memilih diantara alternatif berbeda dengan mahluk lain yang tidak dapat
melakukannya. Etika mempunyai tujuan untuk menolong manusia untuk menemukan
prinsip universal yang berfungsi memberikan arahan tingkah laku manusia.
Bab
ke dua (p.11-28)
Bab ke dua membahas asumsi dalam
etika. Etika membuat beberapa pilihan genuine untuk berinisiatif terhadap
action/tindakan. TRM mengemukakan beberapa pernyataan ataupun asumsi yang
berkeberatan dengan free will dan
kemudian TRM mendemonstrasikan free will merupakan
sebuah possibilitas dan exist. Pertama menurut TRM, keberatan terbesar terdapat
dalam nature’s laws (hukum alam
dimana nature di atur oleh set aturan terutama fisik, yang mengontrol semua
substansi material. Manusia merupakan subject terhadap semua kausalitas yang mempengaruhi
semuanya. Kedua dan seterusnya affirming initiative, we cannot know of free
will, we can know of free will (asumsi yang menyerang semua pengetahuan harus direpresentasikan oleh empirisme), free
will is weird, free will is natural, gagasan transenden “does god allow free will?, God’s knowledge
is mysterious”.
TRM mengemukakan argumen yg telah
dikeluarkan filosofer yang mengafirmasi free
will itu exist. Pertama, debat yang tidak berujung pada “apakah manusia mendeterminasi
atau dideterminasi ?”, gagasan oleh Immanuel Kant dan penerusnya Nathaniel
Branden seorang psikologis yang
mempertahankan konsep Free Will. Kedua,
should we become determinist?, hal
ini berhubungan judging terhadap seseorang dan pilihan, misalnya sedikitnya
pilihan tentang left or right, ketiga, we
often know we are free, TRM menggambarkan model ini dengan ilustrasi
pasien-dokter, ataupun introspektif individual misalnya pertanyaan “apakah ini
benar,apa yg harus saya lakukan, saya gagal melakukannya”, Ke-empat, science discovers free will, TRM
beranggapan bahwa bukti kehadiran/exits dari
free will itu didukung oleh fakta
science bahwa manusia mempunya kapasitas untuk self-monitor melalui struktur anatomis-biologis, TRM menggunakan
contoh kinerja otak dan mengutip penemuan scientist Roger W.Sperry dalam
neuropsikological. Menurut TRM sebuah
teori yang baik dapat menjelaskan kompleksitas kehidupan manusia.
Bab.
3 (p.29-32)
Bab tiga menjelaskan facts and values. TRM beranggapam etika mengambil peranan
identifikasi dari nilai-nilai yang fundamental untuk eksistensi manusia.
Prinsip etika melibatkan nilai moral dasar, konsep nilai terkadang di gunakan
dalam peristiwa ketika moralitas tidak terlibat di dalamnya. Disemua bentuk kehidupan melekat nilai/values
secara inherent.
Bab.
4 ( p.33 - 38)
Bab empat mengambil porsi bangunan
meta-etik dan kritik terhadap moral theories. TRM berpendapat meta-etik
meliputi fondasi etika. Cognitivism
(morality is knowable dengan tokoh Plato
and Kant) sedangkan non-cognitivis beranggapan etika sebuah cabang dari psikologi
dan lebih kepada sikap manusia daripada pengetahuan tokoh A.J Ayer. Naturalism (etika berdasarkan sifat alamiah
manusia/nature) dengan tokoh Aristotle dan Ayn Rand, non-naturalist dengan
tokoh E.Moore and J.P Satre. Conventionalisme (prinsip moral
berdasarkan consensus dan bentuk lain dari non-cognitivis) dengan tokoh Hobbes
dan Hume. Pragmatism (The philosophical pragmatist holds that moral
principles should afford effective means of helping us reach practical goals)
tokoh John Dewey, Sidney Hook, and
Richard Rorty. Intuitionism (prinsip moral muncul dari
perasaan/keyakinan mendalam) sebuah ekstra dari cognitifis tokoh Sir David Ross
dan John Rawls. Mysticism (prinsip
moral merupakan sesuatu hubungan misterius
dari Tuhan atau supranatural lainnya)
tokoh St.Agustine.
TRM menjelaskan kritik atas teori moral
principle dari dua arah yaitu Internal (dapatkan teori digeneralisasi,apakah comprehensive/complete,)
dan Eksternal (apakah satu teori dapat menjelaskan banyak persoalan dsbnya”.
TRM membagi jenis ethical teories menjadi deontological
(teori yang fokus terhadap tindakan sehari-hari) tokoh Kant, consequentialist (teori yang berfokus
semata-mata pada apa hasil oleh nilai, contoh melakukan sesuatu baik adalah yang
secara moral baik) hedonist dan utilitarian moral termasuk di dalamnya, and teleological (biasanya
membingungkan dengan consequentialist, yang membedakan a valued goal, and it
must accomplish its purpose) tokoh Aristotle.
Bab 5
TRM meng-aglomerasikan ethical postions menjadi : Hedonism
(mendapatkan maximum pleasure-welfare dsbnya untuk diri sendiri mendasari tindakan
individu) tokoh Jeremy Bentham, Utilitarian
related to hedonism, menekankan pada
apa yang berguna tokoh John Stuart Mill, bertujuan mencapai greatest welfare (well-being
physical and psycological, even satisfaction) ofthe greatest number of human beings,
which is the proper goal of human activity), Altruism
(the moral position with the largest number of advocates, defenders, and champions
in human history and within our culture) motivasi melayani orang lain/tugas2
kemanusiaan tokoh August Comte, egoism/individualism
(everyone always acts in his or her own interest) tokoh Ayn rand, Jesse Kalin
dan Eric Mack.
TRM menjabarkan ethical position
lainnya seperti : Stoicism (happy and
fulfilled,), Epicureanism (a higher sort
of happiness that is associated mainly with the mind in its most cultured state)
berkorelasi dengan stoic. Asceticism (selfdenial
and self-discipline to promote the achievement of various religious,
supernatural, or otherworldly goals, such as eternal salvation or ultimate
spiritual unity with the oneness of the universe), situationism (relativis dan subjectivis-existensialis), Enviromentalism
(frugality,restraint, moderation, and conservation rather than growth and
abundance. Personal conduct and public policy directives stress recycling, the
preservation of wilderness, restrictions on energy consumption, and comparable
measures),
TRM juga menyinggung sistem politik
yaitu Feudalism
(ciri-ciri a monarch or other supreme ruler at the top and various levels
of nobility below, the royal family typically control major social
institutions-commerce, religion,property holdings, and professional positions) sistem ekonomi merkantilisme. Constitutionalism
(government by law, not by men, monarki konstitusional dan demokrasi,
parlemen dsbnya) , socialism (most
often defined as the political economic order within which the means of
production are publicly owned and are (usually) administered by government), a
human being is communal in orientation and fully aware of belonging to
"the organic body" ofhumanity”. Libertarianism and Capitalism , Libertarianism as
a political system claims that the highest political good is the protection of
the individual citizen's right to life, liberty, and property. Capitalism is
the economic system of libertarianism, since in libertarian societies, the
right to private property-that is, the right to own anything of value (but not,
of course, other human beings, who are themselves owners}-receives full respect
and protection as an institution), the individual is the most important member
of society, Laissez faire, laissez passer," or "allow us to do, allow
us to act”, principle of private property rights plays a central role, Support for
these ideals may draw on positivism, utilitarianism, natural rights theory,
and/or individualism as well as on arguments invoking the merits of
laissez-faire (no government interference in commerce), the "invisible
hand" (as a principle of spontaneous social organization), prudence and
industriousness (as significant virtues), and the price system as a regulator
distinct from central planning (for balancing supply and demand), Otherwise
stated, "capitalism" and "libertarianism" indicate that
citizens in the community have the basic right to make their own, The concept
of freedom plays a central role in the under standing of both libertarianism
and capitalism.” Clearly, no country today is completely capitalist” tokoh
Hayek. Welfare
Statism (the mixed economy, combines the principles of capitalism
and socialism). Communitarianism
(represents a sort of halfway house between the collectivist system of
socialism and the individualist framework of capitalism),
Bab 6
dan seterusnya bercerita sesuai selera penulis (baca; TRM) dengan posisi Etika
sebagai concern Individual.
Untuk
membaca blog si trio ehhh salah ding tibor Machan.. :D dapat mengunjungi
Dengan
membaca buku ini kita dapat mengetahui logika berpikir ataupun kata-kata yang
sering dipergunakan kaum libertarian capitalism khususnya ide - posisi etik yang
mereka tawarkan baik dalam tulisan ataupun speech act. Selamat membaca.