Tulisan ini tidak lengkap,, karena pembagian kelompok hanya jatuh pada pertanyaan
" Mengapa pembangunan memerlukan etika dan apa signifikasi
dalam pembangunan ? "
anda bisa melengkapinya dengan lebih sistematis dengan mengambil dasar dari tokoh filsuf mengenai etika
mohon maaf sebelumnya,,,heheee
Pembangunan merupakan termin yang
selalu disebutkan tanpa ada satu kebulatan pengertian secara universal dan
utuh. Hal ini terjadi terutama karena perbedaan perspektif dan kepentingan dalam
melihatnya dan kondisi waktu yang mempengaruhi pengamat dalam melihat fenomena.
Pembangunan dalam obrolan publik digambarkan dengan begitu banyak ragam mulai
dari penyebutan angka statistic, perkembangan industrialisasi, teknologi dan
informasi sampai yang paling sederhana seperti banyaknya gedung-gedung tinggi.
Perspektif liberal yang kini
menjadi perspektif mainstream (orang pada umumnya) yang menekankan aktor dari
pengusaha (capitalist) bagi lokomotif
pembangunan, menggunakan indikator ekonomi sebagai tolak ukurnya, pembangunanisme
ditafsirkan sebagai pertumbuhan ekonomi baik secara GDP dan GNP dengan menggunakan
persentase angka dan statistical yang di narasikan pembangunan negara pararel
dengan pertumbuhan angka pada indicator tersebut. Adapun tafsiran pembangunan dengan
berdasarkan pengamatan dari studi ruang dan waktu sebagai contoh setelah perang dunia, pembangunan digambarkan
sebagai rekonstruksi German dan Jepang, unprecedented
economic growth in Europe and north America, rapid transformation of the
economy of China using trade, speedy increase in some regions with fast
economic growth (South Korea, Taiwan, Hongkong) (Sen, 1997)
program marshall plan, mutual security
act dan sebagainya.
Dikembangkannya model
neoliberalisme oleh Hayek dan Friedman kemudian trajektori berlanjut masa
Reagan dan Teacther dan panacea Washington
Consensus untuk krisis financial yang bercirikan revisi dari pemikir yang
ingin kembali ke essensi ekonomi klasik dan fokus pertumbuhan ekonomi makro yang
produktif kemudian penyerahan pada kekuatan pasar dan investasi fleksibel
setelah kegagalan dari sistem pembangunan ekonomi statisme ala Keynesian.
Rostow seorang ekonom social Darwinism menerapkan dalam
teorinya tentang pembangunan dan pertumbuhan berpendapat bahwa terdapat 5 tahapan pembangunan. Tahapan tersebut yaitu
masyarakat tradisional, kemudian berkembang prakondisi lepas landas, tinggal
landas, kemudian masyarakat pematangan pertumbuhan dan akhirnya mencapai
masyarakat modern yang dicita-citakan yakni masyarakat industri konsumsi tinggi
(high mass consumption) sejalan
dengan implementasi pembangunan kapitalistik. Selanjutnya menurut Mansour Fakih
pembangunanisme/developmentalisme diterjemahkan antara lain pertumbuhan ekonomi
berbasis analisa manusia yang bergerak karena prestasi The Achievement Motive in Economic Growth oleh Mc Clelleand, The Need of Achievement (N’ach) oleh Weber, pembangunan dengan
pertumbuhan redireksi investasi oleh
Chenery. (Fakih 2006)
Globalisasi memberikan dua arah
yang berlainan, bagi para pemodal dan negara utara memberikan efek keuntungan
berlebih walaupun kaum buruh dan miskin masih tetap ada di negara mereka,
tetapi kemiskinan dan kehancuran lingkungan membawa cost tersendiri bagi negara-negara selatan walaupun golongan tengah
ke atas tetap menikmati keuntungan dari globalisasi. Arus modal dalam bentuk
utang membuat negara-negara terjebak dalam debt
trap yang sekarang hampir melanda di seluruh dunia, sebutlah kondisi
terbaru dari krisis financial Eropa.
Perlunya memikirkan kembali
orientasi pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang berkeadilan serta tidak
sepenuhnya memperkaya pemodal lewat sistem yang mampu menggelembungkan uang
dengan begitu cepat sekaligus mengempeskannya dalam mekanisme pasar modal. Membawa
pembangunan kearah fokus manusia sebagai objek dan subjek karena dari dasar
pemikiran bahwa material menjadi nilai pakai dan guna melalui kerja abstrak dan
nyata dari manusia, kumpulan manusia (massa) dan efek dari material tersebut berpengaruh
pada manusia itu sendiri maka pembangunan mengedepankan posisi manusia yang
dalam hal ini direpresentasikan oleh moral dan ethics. Tentu dengan
pertimbangan bahwa bumi merupakan tempat tinggal untuk semua (cosmopolitan), kekayaan alam untuk keadilan
dan pemerataan kesejahteraan, sedangkan peperangan,
dehumanisasi, kelaparan, ketertindasan, kemiskinan, eksploitasi buruh, ketimpangan
hak gender, eksploitasi yang menyebabkan degradasi lingkungan dan sebagainya
harus dikurangi.
Posisi dari etika pembangunan
berdasarkan Crocker terbagai tiga, yaitu pertama, universalists, such as utilitarians and Kantians, kedua, some particularists, especially
communitarians and postmodern relativists, ketiga, by Seyla Benhabib, Jesu´ s Conill, Adela Cortina, Nigel Dower, Jonathan
Glover, Martha Nussbaum, and Amartya Sen, as well as crocker – tries in
different ways to avoid the standoff between the first two positions(Crocker 2008, 45). Sementara Sen bertesis bahwa pembangunan
sebagai/untuk kebebasan (development as
freedom) secara institusi dan
instrumental kebebasan yaitu political
freedoms, economic facilities, social opportunities, transparency guarantees dan
protective security (Sen 2000, 10). Tesis ini
melihat ada aspek nilai dari kondisi manusia yang harus menjadi fokus dalam
pembangunan itu sendiri dan hal tersebut penting untuk keberlangsungan
pembangunan.
Development Ethics ini tampaknya telah di affirmasi dan dimasukkan
dalam program global salah satunya dengan melihat World Development Indicators oleh World Bank lewat program
Millenium Development Goals dengan narasi global
partenership for development between rich countries and developing countries. Skema
yang digunakan partnership by creating a
fair and rule-based financial and trading system, increasing aid for the
poorest and most isolated countries, and improving access to new technologies.
MDGs yang dicanangkan pada tahun 2000 kemudian target terlaksana penuh 2015
tersebut bertujuan eradicate poverty and
hunger, Archive universal primary education, promote gender equality and empower
women, reduce child mortality, improve maternal health, combat HIV/AIDS, malaria
and other diseases, Ensure environmental sustainability, Develop a global
partnership for development. (Bank 2010)
Pertanyaan selanjutnya apakah
dengan affirmasi moral dan etika dalam pembangunan global dalam program Bank
Dunia yang kemudian diterjemahkan dalam program nasional negara-negara
merupakan suatu bentuk yang ikhlas atau dorongan moral manusia atau merupakan
program yang hanya membungkus efek destruktif dari ekploitasi neoliberalisme (kanan)
atas manusia dan alam dan memberikan discourse
bahwasannya neoliberalisme itu baik bagi keseluruhan umat manusia hanya perlu beberapa polesan. Akankah
program ini jutsru semakin memarjinalkan rakyat miskin (Winarno 2010, 25) karena proyek-proyek
pembangunan tidak didasari oleh altruistic dan keprihatinan kemanusiaan Amerika
dan sekutu tetapi mencerminkan pembangunan struktur “politik produktivitas” (Sugiono
2006, 93)
dan lebih jauh lagi agenda neoliberalisme tengah menciptakan proses penjinakkan
global melalui proyek-proyek demokratisasi, good
governance, dan penguatan civil
society model neoliberalisme (Fakih 2006, 229).
REFFERENCES
Bank, The World. World Development Indicators.
Washington: The World Bank, 2010.
Crocker, David A. Ethics
of Global Development. New York: CAMBRIDGE UNIVERSITY PRESS, 2008.
Fakih, Mansour. Runtuhnya
Teori Pembangunan dan Globalisasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006.
Sen, Amartya. Development
as Freedom. New York: Alfred A.Knoff, 2000.
Sen, Amartya.
"DEVELOPMENT THINKING AT THE BEGINNING OF THE 21st Century." Discussion
Paper No. DEDPS/2, 1997: 4.
Sugiono, Muhadi. Kritik
Antonio Gramsci Terhadap Pembagunan Dunia Ketiga. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2006.
Winarno, Budi. Melawan
Gurita Neoliberalisme. Jakarta: Erlangga, 2010.
keywords : etika, pembangunan, neoliberalisme, mansour fakih, developmentalisme,
No comments:
Post a Comment