Posisi duduk tak pernah terdesain
Semua terletak sesuai tanda alam dan jaman
Seperti nelayan yang melihat bulan
Diantara begitu banyak sorotan
Matamu menangkap aku dan akupun demikian
Mungkin kita memang ceroboh
Menawarkan pandangan dengan leluasa
Seperti kayu yang siap patah
Kita mencoba untuk merasa
Menit berjalan menit hal berulang
Meskipun matamu berspekulasi
Melihat kesana kemari
Tetapi pada titik tertentu, kita tetap menatap bersilang
Otak kita bereaksi
Memikirkan mimipi-mimpi
Adegan demi adegan selanjutnya
Yang penuh dengan kemungkinan ataupun nestapa
Tiba saat kau mesti patuh
Pada konsensus beranjak yang ditentukan teman,
Yang tak dapat kau cegah
Hanya interupsi kecil dalam hati yang terpendam
Tersadar kebahagiaan ini akan berlalu
Kau tetap menyisipkan pandangan
Disela-sela kesibukanmu meladeni pandangan temanmu dan membereskan segala sesuatu
Curi mencuri pandangan ini berseni
Ia bisa memaku lebih dalam ketimbang cinta pertama bersemi
Tak butuh penjelasan logis atas kejadian ini
Kita hanya menikmati
Adegan yang terbangun semenjak tadi
Tiba tiba mati suri
Kaku dan tak berisi
Kau dan aku memilih untuk menjadi pengecut,
Tak berani melangkah melangkahi batas
Menganggap hal ini adalah spekulasi
Dan bunga realitas
Kau berlalu dengan tertunduk,
Coba meyakinkan dirimu ini adalah ilusi
Mimpi yang harus kau singkirkan
Dan kembali normal
Ketakutan akan kemungkinan membuat kita tetap tak kemana,
Padahal kau tahu, telah kugantungkan asa
Semenjak pertama kita bertemu mata
Dikepalaku dan kuyakin juga dikepalamu,
Pandangan pertama begitu gembira
Layaknya gemuruh suara penonton konser ketika sang artis naik panggung,
Kini beralih kesuara staf kebersihan ketika konser telah usai
Hening,
Olive chicken, Jogja 27/4/2016
Keren!!
ReplyDeleteKeren!!
ReplyDelete