Fordisme - Post Fordisme

FORDISME AND POST-FORDISME 

(Catatan kecil, analis dangkal dan tidak lengkap dari toilet)

Time line diatas bukan upaya untuk membedakan konsep tetapi hanya rentang waktu kemunculannya, karena konsep taylorism termanifestasi juga di fordisme.

Fordisme dan post-fordisme akan menjadi akrab ketika membahas ekonomi politik global. (sok-sok ekonomi dan sejarah kita … hehee ). Pada bagian kali ini hanya di bahas fordisme and postnya secara umum, untuk gambaran situasi perekonomiannya (gold standard, great depression, stagflation) tunggu tulisan selanjutnya ya….

Fordisme merupakan suatu termin yang dialamatkan untuk model dari proses industrialisasi yang tergambar dari perkembangan sejarah industri di Amerika Serikat khususnya pada sistem industri mobil Ford. Seiring dengan perkembangan industri mencakup efektifitas dan efesiensifitas, model industri Ford menjadi pattern negara-negara lain di dunia dalam membangun industrinya. Kasarnya “seperti ini loh model negara yg bagus, coba liat industrinya dan dukungan pemerintahnya”. Perlu di ingat Hegemoni AS menggantikan Inggris dalam rentang periode tersebut, walaupun sampai tahun 1970s masih memakai pemikiran economist inggris si Keynes dengan embedded liberalism nya. Stagflasi dan oil shock 1970-an merubah drastis pola perekonomian dunia dan begitu juga dengan model fordisme àpost fordisme.

Termin ini pertama kali diperkenalkan oleh yang terhormat :D Antonio Gramsci dalam buku yang ditulis di  dalam penjara “Americanism and Fordism” walaupun banyak juga tulisan yang mengatakan konsep fordisme ini terjadi setelah perang dunia II yang merupakan gerakan pembangunan industri disiplin pasca perang dunia II.  Hal tersebut bisa dimaklumi melihat fenomena ini semakin “mengganas” (lebayy) klo bahasa kerennya extended or grow rapidly lah setelah PD II (1939-1945). Model industri ini bahkan di katakan sebagai “golden age of capitalism” karena berhasil bangkit dari krisis parah walaupun kedengarannya agak lebay. hehee

Term tersebut ditulis dan dijelaskan oleh yang terhormat Gramsci sebelum perang dunia ke II berlangsung, yang merupakan suatu telaah kritis atas perkembangan industri model taylorisme dan fordisme itu sendiri dinilai sebagai bentuk intensivitas eksploitasi pekerja di bawah sistem capitalism.

Berikut kutipan dari tulisan beliau (Gramsci Reader selected writings 1916-1935) dalam “Americanism and Fordism” (copy paste supaya cepat :D ).

“ In America rationalization has determined the need to elaborate a new type of man suited to the new type of work and productive process.”      p.279

“In Italy there have been the beginnings of a Fordist fanfare: exaltation of big cities, overall planning for the Milan conurbation, etc.; the affirmation that capitalism is only at its beginnings and that it is necessary to prepare for it grandiose patterns of development.” p.279

“Americanization requires a particular environment, a particular social structure (or at least a determined intention to create it) and a certain type of state. This state is the liberal state, not in the sense of free-trade liberalism or of effective political liberty , but in the more fundamental sense of free initiative and of economic individualism which, with its own means, on the level of 'civil society' , through historical development, itself arrives at a regime of industrial concentration and monopoly” p.285

“The tendency represented by Leo Davidov [Trotsky] was closely connected to this series of problems, a fact which does not seem to me to have been fully brought out. Its essential content, from this point of view, consisted in an 'over' -resolute (and therefore not rationalized) will to give supremacy in national life to industry and industrial methods, to accelerate, through coercion imposed from the outside, the growth of discipline and order in production, and to adapt customs to the necessities of work”.p.289 ß-- buat si Trotsky gan yang ini klo dibahas panjangggg.. bisa 2kg.. heheee  :D.

“Taylorism supposedly produces a gap between manual labour and the 'human content' of work”.p.294

“Taylor is in fact expressing with brutal cynicism the purpose of American society -developing in the worker to the highest degree automatic and mechanical attitudes, breaking up the old psycho-physical nexus of qualified professional work, which demands a certain active participation of intelligence, fantasy and initiative on the part of the worker, and reducing productive operations exclusively to the mechanical, physical aspect. ”p.290  ß Kritik Gramsci kepada si Taylor (Frederick Taylor's Principles of Scientific Management (1911))

“Until recently the American people was a working people. The 'vocation of work' was not a trait inherent only in the working class but it was a specific quality of the ruling classes as well. The fact that a millionaire continued to be practically active until forced to retire by age or illness and that his activity occupied a very considerable part of his day, is a typically American phenomenon.” p.293

 “This is undermining the old equilibrium of the American state, but without the rise of a new order.' Since in reality the financial class and the political class are the same in America, or two aspects of the same thing, this can only mean that a real differentiation has taken place, that the economic-corporate phase of American history is in crisis and America is about to enter a new phase.”p.299   ß--- untuk organic krisisnya gan.

Bagus khan tulisannya gramsci gan... ayo baca bukunya :D

Klo menurut si A.Amsden (2000:5) Taylorism comprises two parts :

1. The decomposition of jobs into their smallest constituent units, the de-skilling of jobs.
2. Top-down management

2 Hal diatas menurut Amsden create downward pressure on wages, such that the mass consumption necessary to sustain mass production is jeopardized.

Mitchell Bernard (2000:154) dalam menggambarkan fordisme “fordism originated in US in the early part of the twentieth century and gradually gained universal acceptance as the paradigm of efficient production”. Lanjut “though American state elites, capitalists, and maindstream labor leaders promoted fordism internationally as a universally applicable model.

Fordisme dapat dilihat dari beberapa macam sudut pandang misalnya ekonomi, politik, ekonomi politik, sosio-kultural, manajemen industri, and so on and so on (so on: dengan logat Zizek :D)

Daripada ber P x L = Luas … kita percepat saja..Sembari membayangkan model industri Ford,

Beberapa ciri-ciri fordisme sebagai berikut/ the characteristics of fordism :

(klo kurang harap maklum dan mohon dipilah-pilah sendiri :D )

• Industrialisasi promoted by the state / industrialization was promoted by the state
• Produksi berskala besar (massive scale industry) konsentrasi domestik market (concentration of domestic market), monopoli harga /monopoly of  pricing (rezim akumulasi capital)
•  Barang yang di standarisasi merupakan konsumsi massa (mass consumption 
• Sistem upah pekerja (wage workers) – dimungkinkan untuk membeli kembali barang produksinya (able to buy their hand-made products)
• Efesiensi dan efektivitas ala taylor (effecient and efectiviness from taylor mode) : Organisasi pembagian kerja (division of labor), pemanfaatan waktu, divisi pekerjaan,  semi-skilled labor, insentive.
• Model produksi (production mode) Assembly Line – baris berbaris merakit.
• Negara memainkan peran intervensi yang besar (high intervention by State to create domestic market), seperti pembangunan (infrastruktur) pembuatan jalan raya untuk lalu lintas kendaraan, rel dan keretanya :D, perumahan (housing), asuransi (insurance) dsbnya (keynes model after WW  II). (Na'maingkang ngi :D)
• Intervensi negara kepada industri dalam pembententukan gaya/standard hidup (State intervention to create culture of "standard living" mode) American dream/way of life – Nuclear family with a car..greatt ) :D
• Meningkatnya industri media seperti periklanan untuk mendorong konsumerisme :D (Indonesia bangettt :D) (The rising of media industries such as advertisment to create culture of consumerism)
• Penanaman modal besar dan jangka panjang (massive capital for long duration on investment)
• Ada yang sebut istilah Organized Capitalism
• Terkonsentrasinya pabrik ( concentrated manufacturing )
•  Worker/labor union diakui ( legal workers union and has bargaining power )
• Secara sosiologis mempertegas prosesi urbanisasi ala revolusi industri. Konsentrasi pemukiman menjadi kota pada pusat-pusat industri. Meningkatnya Slums. (sociologically: the increasing of urbanization, parallel of that situation the increasing of slums)
• Standarisasi menjangkiti semua aspek seperti institusi pendidikan. Ini dilakukan agar semua sektor dikelola mirip industri.  (seperti industri pendidikan di Indonesia..wkwkwk :D) (standarization of all  sectors)

Di dalam A.Amsden mengutip si Alain Leipietz (2000:6-21) ditambahkan lagi Peripheral Fordism. Melihat negara-negara di luar Amerika (fordism abroad) seperti Korea, India, China, Jepang katanya berkembang sistem R&D (Research and Development) aka Litbang pada perusahan-perusahaan . Negara-negara dunia ke tiga menghadapi masalah underconsumption sebagai blok penghalang pertumbuhan ekonomi mengingat problem industrialisasinya yaitu peningkatan produksi dan international competitiveness juga termasuk problem politik negara bersangkutan. Model Fordism ciri Asia Timur yang diatas disebutkan peripheral yaitu terdapat peranan yang sangat besar dari para conglomerate (kroni) di Korea Selatan terdapat Chaebol, di jepang Zaibatsu. Ciri selanjutnya Strategic shop-floor focus (the strategic focus is necessarily to be found where the achievement of incremental, yet cumulative, improvements in productivity and product specification occur and enhance competitiveness). Tidak lupa juga A.Amsden memuji kesuksesan model developmentalisme Asia Timur dari pengalaman Korea Selatan dimana industrialisasi di inisiasi kuat oleh pemerintahan presiden Park Chung Hee (1960s).

Dalam bahasa keren-nya terdapat 4 level penjelasan dalam fordisme itu sendiri : (4 explanation level to explain fordism)

1. The labor process
2. The regime of accumulation
3. Mode of regulation
4. Mode of societalization

Jadi silahkan mengelompokkannya sendiri sembari menggunakan perspektif yang anda sukai :D. Jika memakai analis eksploitasi dan alienasi berarti anda ada dikiri, tapi jika memakai “wahh baguss ini…bisa cepat produksi,uang,uang dan uanggggg” berarti anda ada di kanan. Klo tidak mau berpikir.. berarti anda di posisi mana ??? wkwkwkwk jangan-jangan anda sudah di surga.. wkwkwkkk becanda.

Post-Fordisme

Model ini tidak terlepas dari simpul stagflation yang terjadi rentang waktu 1970s. Untuk mempersingkat penjelasan pada sesi ini, intinya diupayakan usaha untuk mengatasi stagflasi (stagnan dan inflasi bersamaan) dibutuhkan suatu terobosan untuk mendorong industri memperoleh pasar lebih luas terlebih ketika kondisi jenuh dan peak pada konsumsi domestik, competitive, mengurangi cost-produksi dan segala lainnya yang dapat memaksimalisasi keuntungan industri.

Dalam buku Post-Fordisme; A Reader (2000) Ash Amin meng-introduksi post-fordisme

“Terms such as ‘structural crisis’, ‘transformation’ and ‘transition’ have become common descriptors of the present, while new epithets such as ‘post-Fordist’ , ‘post-industrial’ , ‘post-modern’ , ‘fifth Kondratiev’ and ‘post-collective’ have been coined by the academic prophets of our times to describe the emerging new age of capitalism.” p.1

Mark Elam menggambarkan “The post-Fordist debate is the contemporary expression of a classic debate. The debate is about capitalism’s future; its dynamics and its survival. It is a debate which gains fresh impetus during periods of uncertainty and transition and the current post-Fordist appellation reflects a certain preoccupation with the changing fortunes of American capitalism and the decline of US hegemony in the global economy. New models for the future development of capitalism appear to be taking shape; new industrial paradigms signalling the end of the global diffusion of ‘Fordism’ and the ‘American Way of Life’. p.43.

Selanjutnya Mas eh Mark Elam menelaah dengan menggunakan konsep neo-Schumpeterian (Work of  Christopher Freeman and Carlota Perez) dan neo-Smithian perspective ( work of Michael Piore and Charles Sabel).p.44.

Dikutip dalam Elam (2000:52) Piore memperluas dengan menambahkan 3 faktor pengaruh prefiguratif pasar dalam divisi pekerja/buruh,

1. standardization of output;
2. the stability of market demand;
3. the uncertainty of market demand

Josef Esser and Joachim Hirsch dalam buku yang sama dengan main tema regional dan urban structure (2000:77), mengamati gejala Post-fordisme terutama pada kawasan German Barat yaitu sbb :

• The transition to post- Taylorist forms of organization of production and labour.

• A strengthened industrialization of the service sector, based on the new information and communications technologies ( ‘hyperindustrialization’), which  leads to a great many changes in service industry jobs, and radically changes the social structure of the workers (e.g. the relationship between workers and white-collar workers).

• A new thrust of capitalization which is based on the industrialization of services and a further industrialization of agriculture,

• A decoupling of increases in productivity and the income of the masses

• An ‘individualization’ and ‘pluralization of lifestyles

Ditambahkannya sebagai bentuk formasi dari sebuah metode regulasi (elemen monopoli regulasi dan dikombinasikan dengan kontrol besar terhadap pasar)

1. New relationships integrating branch structure and industry on the basis of advanced production technology,
2. A quantitative reduction and institutional fragmentation
3. The weabing of the trade unions through mass unemployment, processes of tertiarization, the heterogenization of working relationships and processes of social division within waged workers.
4. The formation of new corporate forms.

Charles F. Sabel (2000:102) melihat dari konteks Flexible Specialisation and the Re-emergence of Regional Economies. Dikatakannya : “Lyons produced silks, Sheffield and Solingen cutlery, Birmingham and St Etienne guns and hardware. These regions were both flexible and specialised. They constantly varied their products to satisfy changing tastes and extend their markets by defining new wants. They developed general-purpose technologies and a highly skilled work-force to cut production costs without inhibiting flexibility. To discourage price competition, they created institutions to police working conditions, set minimum wages and detect the use of inferior materials. To encourage competition in new products and processes, they created co-operative banks willing to give failing firms credit for reorganisation and vocational schools to ensure the supply of skilled labour. Even the strongest firms in these systems of flexible specialisation depended on extensive co-operation with their competitors either directly through complex, rapidly changing subcontracting relations or indirectly through joint participation in the institutions regulating the municipal economy.”

Mitchell Bernard (2000:154) “Fordist production was modified incrementally by Japanese corporations attempting to apply advanced American techniques to their particular  postwar circumstances. Selanjutnya akan dilanjutkan pada poin-poin dibawah ini.

Untuk mempersingkat waktu (keburu ngantuk wasitt) maka ciri-ciri post-fordisme sbb : (Characteristics of post-fordism)

• Restrukturisasi firma (Trans-Nasional) (Firm Restructuring), termasuk strategy of  mapping market ala global value or  production chain.

• Arus investasi ke negara-negara yg mempunyai (tenaga kerja banyak,murah,bahan mentah,penduduk banyak (market)) dalam model FDI. (massive FDI penetrate state which has cheap and many labor,high population (market),raw materials).

• Diversifikasi produksi baik homogen skala besar ke skala yang lebih kecil untuk mendapatkan celah pasar (product diversification -->opportunity enter the new market)

• Teknik produksi J I T – Just In time production

• Rekonfigurasi hubungan state-society dan transnasionalisasi firma. (reconfiguration state-society and trans-national firm relations)

• Bersandar pada pemakaian teknologi, ekstensifikasi pengembangan dan penggunaan robot. (increasing the role of technology)

• Memperkenalkan sistem sub-contract (introducing sub-contract system)

• Reorganisasi kerja (work reorganization) meliputi : meningkatkan skill pekerja  (divisi tertentu)/ (upgrading skill of special devision), kendali mutu (quality control), pekerja paruh waktu, outsourcing (pekerja pinggiran) di luar pekerja core

• Intenasionalisasi dalam pencarian pasar baru

• Mendorong termin globalisasi secara intens ( "globalization" )

• Konfigurasi cultural dan rekonfigurasi struktur kelas

• Dalam pasar saham (kendali jarak jauh) berkembang sangat signifikan

• Example post-fordis in Murray (1989) “Benetton” – Italia (membangun jaringan dunia berbasis waralaba eceran dengan hanya karyawan core 1500 orang)

• Melahirkan hibriditas budaya complex (arus cultural) (cultural hibrid)

• Produksi paradigm : efisien secara ekonomi (termasuk pembukaan maupun relokasi pabrik pada daerah buruh murah).( factory relocation to cheap worker region)

• Dan yang tidak kalah pentingnya ialah dihancurkannya kekuatan buruh dalam Worker Union saudara-saudara..  terutama pada era Reaganics dan Theatcherics (1980s). (reduce and eliminate worker unions, especially in Reagan and Theatcher's era)

Semenjak strategi model post-fordisme, kegiatan-kegiatan model MNCs “semakin” intens memasuki negara-negara yang ditarget menjadi pasar sekaligus tempat mendapatkan low-cost production.  Melalui skema-skema FDI (foreign Direct investment) dan sebagainya. FDI sendiri mempunyai 2 bentuk yaitu melalui skema akusisi dan membuat perusahaan baru. Untuk bacaan kekuatan MNCs sendiri bisa di baca di banyak tulisan (Oatley, Gilpin, Sphero and Hart, Kegley and witkoff, Ralph Ossa dll ).

Post-fordisme atau neo-fordisme atau apapun namanya menjadi lahan ekstensifikasi perusahaan Multi National Corporations untuk mengambil keuntungan sebanyak dan se stabil mungkin di bawah panji Globalisasi. Ketika termin globalisasi menjadi pokok bahasan maka akan banyak paradigm dan bidang kajian yang dapat dijadikan penjelasan. Merupakan bahasan yang tidak pernah usang karena semakin hari narasi besar kehilangan legitimasi  (lyotard).

Fenomena ini bukan semata perubahan model industrial tapi dapat dan semestinya dilihat dari kacamata yang lain karena ketakterlepasannya dengan material kejadian dunia periode tersebut (seperti krisis ekonomi, perang (Vietnam) dll) serta poin penting dialamatkan pada kemenangan elit ekonomi untuk mendeterminasi idiologi ekonomi politik dunia embedded liberalism  neoliberalism dimana peran negara direduksi / minimalisir sedemikian rupa dan pembuatan rezim-rezim penyangganya untuk suatu pengkultusan “PASAR”.   “Who gets what, when and how much from this system ??”

               “ Ada kekuasaan di balik pengetahuan “ – Foucault

                                                                            

Setelah membahas Fordism –Post Fordism.. aneh betul negara ini, pemerintah negara-negara lain menstimulus industri nya agar berkembang pesat, di Indonesia ini pemerintah berupaya memberi hambatan untuk tumbuhnya industri strategis dan memproteksi pasar asing. Ente (pemerintah) kerja buat siapa sebenarnya ?? :D... nasib ketergantungan...
becanda.... 

Akhir kata doa populis menyertaimu nak :D “ ESEMKA terus berusaha sampai modal penghabisan” :D

One Thing for Sure :

“ It would always be Flushed after Use “ - Toilet

REFFERENCES

Forgacs, David (ed.). “The Gramsci Reader; Selected Writings 1916-1935”, New York University Press: 2000.

Corbridge, Stuart (ed.), “Development Critical Concepts in The Social Sciences: The Great Transformation (part two), Routledge, London: 2000.

Stubbs, Richard and Geoffrey R.D Underhill (eds). “Political Economy and the Changing Global Order (second edition). Oxford University Press. Oxford: 2000.

Amin, Ash (ed.),” Post-Fordism: A Reader”. Blackwell Publishers Ltd.UK. Oxford: 2000.