Pages

Tentang Manado dan Sekitarnya


Di saat reportase Manado pada umumnya hanya berkisah fenomena wanita dan hotpants, kali ini akan bercerita tentang hal lainnya. Sambil mengisi blog yang cukup lama hibernasi.

Kuliner
Tinutuan
Pisang Goroho – dabu-dabu roa
dabu-dabu bakasang (perut ikan mentah-jemur)
Gohu (papaya-nenas)
Milu (Jagung) Bakar  Ring Road
Milu (Jagung) siram
Binte
Ilabulo
Sarabba
Cap Tikus, Saguer (Cap tikus yang belum diolah/disuling)
Gorengan (pisang, tahu, batata, tempe (tapi jarang)) – Malalayang & Pierre Tendean
Rw (anjing), Ba - Tinoransak (Babi), Paniki (kelelawar),
Loba (Bakso Babi)
Baso/Bakso
Malabar - Martabak
Nasi Kuning Komo, Nasi Kuning Saroja
Sate Kolombi (daerah Tondano)
Cakalang Fufu
Hercules (mirip klapertart tapi minus kelapa)
Klapertart
Kukis Basah (koyabu, nogosari, lemet, lampu-lampu, lopes)
Biapong Ba (Biapong isi babi)
Perkedel Nike dan Milu
Nasi Jaha/Bulu
Ikan Woku
Sayur Gedi/yondok
Ikan Garam, Ikan Putih
Buah Matoa
Warung Kopi - Bubur ayam Jarod (Jalan Roda)


 

Walaupun daftar diatas belum lengkap tetapi setidaknya telah menyebutkan mayoritas kuliner populer di Manado. Bahan dasar kuliner banyak yang dari jagung, pisang, ikan. Jika di daerah lain di Indonesia minim sekali terdengar kuliner Babi dan sebagainya beda hal di Manado, justru makanan seperti dengan mudah kita jumpai dengan variasi masakan (bakso, sate, rica-rica). Untuk sate kolombi (tude sawah) hanya anda dapatkan di Tondano.


Kuliner di daerah Manado dan Minahasa lainnya erat dengan makan ber-rica (cabai/lombok). Warga Manado dan sekitarnya menyenangi makanan yang serba pedis (bahkan di sayuran di tambahi rica). Ini membedakan dengan kuliner yang berada di samping Provinsi Sulut yaitu Gorontalo yang serba berminyak. Tidak heran penyakit maag merupakan penyakit populer di masyarakat yang biasanya di kota lain penyakit ini hanya dimiliki oleh mahasiswa pas-pasan. Dan tidak heran pula kalau masyarakat Manado yang gemar marah-marah/bafeto mengeluarkan kata-kata yang pedis pula.



Untuk minuman, miras tradisional Cap Tikus Minahasa adalah jagoannya. Minuman ini sudah menggelegar seantero nusantara dengan asal daerah minahasa. Bir Bintang juga laris manis di provinsi ini seiring kegemaran mabuk segala usia dan gender. Berbelanja dan mabuk adalah dua kata yang sulit dipisahkan di daerah ini. Pria bertato juga mudah ditemui. Bahkan disore hari menjelang malam Natal penulis menemukan seorang pemuda yang tengah baring-baring di jalanan sambil baveto (marah-marah) dalam keadaan mabuk. Tetapi tenang tidak semua masyarakat doyan mabuk kok. Untuk kegemaran mabuk ada cerita lucu dari warga :


Di Suatu Pagi
Alo : Jonathan ada oma ?
oma : nyanda ada,
Alo : Alex ada oma ?
oma : nyanda ada,
Alo : Samuel ada oma ?
oma : nyanda ada,
Alo : kiapa dorang samua nyanda ada oma ? kmana dorang?
oma : ooo klo so dekat hari raya bagini sampai tahun baru dorang nyanda tidor di rumah, dorang samua tidur di got

----- ****-------


Tempat nongkrong terbilang sedikit dan kebanyakan terkonsentrasi dalam kawasan Mall sebutlah seperti KFC dan McDonald yang berada dalam kawasan Megamas. Kedua tempat tersebut merupakan primadona muda-mudi dan orang tua pencari mudi-mudi di kota Manado. Jika ingin mencari tongkrongan yang ditemani pengamen dengan lagu-lagu update dan hits (Barat-Indonesia) sambil memakan gorengan anda dapat ke warung-warung sebelah jembatan mantos.


Tapi pernah sekali penulis nongkrong bersama 3 rekan di tempat itu dengan total bill/pembayaran Rp.70 ribuan (cukup banyak bila dibandingkan nongkrong di Goeboex café, ataupun Legend café di Jogja), salah satu warung makan disitu tampaknya tidak siap dengan tamu yang duduk dengan durasi 3 jam. Para penjual beserta crew tampaknya terbiasa dengan pelanggan berdurasi singkat (ya palingan sejamlah) agar putaran uang cepat dengan silih bergantinya pelanggan di kursi. Laptop yang tadinya tercharger tiba-tiba listrik di colokannya off. Mungkin penulis yang lagi sial atau para crew yang tidak terbiasa menerima tamu lama-lama, tidak seperti café-café atau warung-warung di kota besar lainnya tamu adalah tamu betapapun minimnya pembayaran dan lamanya durasi duduk.


Tampak gambar warung pinggir jalan yang berjualan gorengan




Bagi para pencinta kopi dan yang suka berbicara panjang X lebar tanpa henti (orang manado menyebutnya Lamu (lalah mulu)) kunjungilah jejeran warkop di Jarod (Jalan Roda). Di dalam gang ini dari sudut gang satu ke sudut gang lain terdapat barisan kursi dan meja serta penjual yang siap melayani pelanggan. Para backpackers yang ingin menikmati wacana perkotaan mulai dari harga sewa ekskavator, harga tanah, gosip aparat pemerintah sampai informasi batu-batu (kecuali batu ginjal dan empedu) dengan jajanan terjangkau (murah) wajib mengunjungi tempat ini.



Bahkan dari carlota (istilah orang Manado buat yang gemar ngomong – gosip) di tempat ini terkuak fenomena pendidikan yang cukup mencengangkan bagi orang baru dan cukup biasa bagi orang setempat yaitu kebiasaan para murid (tingkat siswa SD - mahasiswa) untuk memberikan “sesuatu” kepada tenaga pengajar serta perangkat yang lain dan kebiasan para tenaga ajar untuk meminta “sesuatu” dari para peserta didiknya. Kota terpanas untuk fenomena gratifikasi dalam dunia pendidikan.


Tampak gambar keramaian di jejeran Warkop di Jarod




Untuk nasi kuning backpackers tidak boleh melewatkan kuliner nasi kuning komo. Harga murah (Rp.7 ribuan) dan berbagai menu tambahan lainnya (berbagai macam sate, telur, gorengan dll). Ingat guys kuliner naskun komo ini hanya tersedia pada malam hari saja.  



Untuk kuliner Martabak – Malabar di kota Manado di monopoli oleh Martabak – Malabar Mas Narto dengan mempunyai kurang lebih 15 gerobak tersebar dipenjuru strategis kota Manado. Di kota lain biasanya Martabak disebut terang bulan dan Malabar disebut Martabak, tetapi di kota Manado, Martabak biasanya sebutan untuk Terang Bulan sedangkan Malabar untuk Martabak (jadi jangan salah sebut guys).



Untuk harga makanan jenis ini, harga di Manado terbilang tinggi (> Rp.20 ribuan). Harga tersebut karena supplai masih sedikit, tingkat persaingan penjual yang tidak tinggi sehingga harga dasar distandarkan oleh penjual terbanyak. Para backpackers pas-pasan yang ingin mencari terang bulan dan martabak harga Rp.15 ribuan anda diharuskan ke jalan Malalayang, terdapat beberapa gerobak disana yang menyelamatkan kota Manado dari harga > Rp.20 ribuan untuk kuliner yang satu ini.



Jika di kota-kota lain harga Rp.15 ribuan untuk kuliner ini mudah ditemukan beda halnya dengan di pusat Kota Manado. Begitu juga dengan Bakso dan Sari Laut. Harga bakso-pun untuk beberapa tempat cukup tinggi (> Rp.20 ribuan) begitu juga dengan ayam lalapan (> Rp.20ribuan) dengan kondisi yang sama yaitu kurangnya penjual dan sebagian alasan mahalnya uang sewa penjual. Jadi jangan heran banyak masyarakat kota ini gemar makan di KFC dan sebagainya, salah satu penyebabnya harga lalalapan dan harga ayam2an KFC dll harganya beda tipis bahkan sama.



Berdasarkan sedikit cerita diatas jika anda merencanakan untuk berlibur dan berlama-lama di Manado bersiaplah merogoh kocek lebih dalam. Tidak heran Upah Minimum Provinsi ini cukup tinggi dibandingkan daerah lainnya karena tingkat harga yang tinggi pula.



Untuk transportasi mikrolet (sebutan disini: mikro, untuk berhenti bilang: muka om) menyediakan suplai yang cukup dengan harga terkini (Rp.3.500-4.000) yang tersedia sampai larut malam (jam 12malam) dengan dentuman musik yang terkadang bikin pongo/sakit telinga. Transportasi mikro ini bisa diandalkan karena jasa penyewaan motor sangat kurang atau bahkan tidak ada di daerah ini.



Pusat perbelanjaan
Tradisional yang besar: Pasar Karombasan, Pasar Bersehati, Pasar Segar Paal 2,
Modern : Mantos (Manado Town Square), MTC (Mega Trade Center), Mega Mall, Lippo Plaza, ITC (IT Center)
Kompleks ruko : Kawasan Mega Mas (yang punya pengusaha besar Manado Benny Tungka – rumahnya di dalam kawasan bersambungan dengan kantor pemasaran). Kalau Mantos dimiliki pengusaha besar Hengky Wijaya.
Sedangkan Mart yang lumayan punya cukup nama: Jumbo, Golden, Presiden Roberta, Fresh mart, Multi Mart, Singapura (toko roti yang lumayan banyak variasinya dan harga terjangkau (pemain lama), Hypermart,  sedangkan Alfa Mart dan Indo Mart masih tebilang minim market share.



Gaya Hidup
Untuk gaya hidup fashionable merupakan pola umum mayoritas masyarakat Manado. Ada yang mengatakan lebih baik kalah makan daripada kalah gaya. Bagi sebagian besar penduduk kota ini akan sangat memperhatikan masalah pakaian maupun gadget. Frekuensi berbelanja dan kepadatan pusat perbelanjaan akan peak pada akhir Desember (menjelang Natal dan Tahun Baru).



Kehidupanpun cukup bebas. Banyak kamar kos-kosan yang dihuni pasangan muda-mudi. Ada beberapa alasan yang cukup mengemuka ketika ditanya mengapa mereka (pasangan) tinggal sekamar, mulai dari mensiasati kebutuhan ekonomi (uang sewa bisa dibagi dua, sangat membantu bagi karyawan yang mempunyai gaji pas-pasan ataupun mahasiswa/i, keseharian berhemat (makan, minum) dll) dan tentu saja hasrat biologis. Wacana keseharian pertengkaran didominasi oleh masalah bahugel (berhubungan gelap) munculnya orang ketiga.



Pertumbuhan dan munculnya pasar kerja di beberapa tempat (Manado-Bitung) yang kurang dapat dipenuhi oleh tenaga kerja lokal menyebabkan banyaknya tenaga kerja luar daerah mengisi pos-pos kerja yang kosong dengan penghasilan yang lumayan. Oleh karena interaksi itu maka dengan mudahnya ditempat umum kita menemukan pasangan pemuda yang berasal dari daerah-pulau yang padat dengan pemudi Manado-Minahasa yang terkenal ehem-ehem “cantik – putih – modis” mirip Bandung lah. Tentu para pekerja luar daerah ini diuntungkan karena untuk mendapatkan pemudi tipe sejenis di daerah asal mereka tergolong sangat sulit, kompetisi tinggi bahkan suplainya sangat minim yang susah mereka dapatkan atau mereka harus berkantong sangat tebal untuk mengajak pemudi serupa untuk jalan.




Otomotif & Media Cetak & Properti
Untuk penyuplai moda transportasi Toyota dan Yamaha disini disediakan oleh PT. Hasjat Abadi distributor Sulteng-Sulut, Maluku, Papua. Tetapi Mitsubishi tetap disuplai Bosowa (perusahaan yang berasal dari Sulsel).



Pasar media cetak dikuasai Manado Post yang merupakan kelompok Jawa Pos. Kompetitor mulai bermunculan khususnya grup Kompas yaitu Tribun Manado serta grup lainnya yaitu Koran Sindo meramaikan kompetisi media cetak di Sulawesi Utara.



Pertumbuhan sektor perumahan – pemukiman kota ini untuk tahun ini dan beberapa tahun kedepan berlokasi di dekat Bandara terutama kelurahan Paniki - Kec. Mapanget. Jika anda ingin berinvestasi kiranya lokasi tersebut tepat untuk anda perhatikan dengan serius.



Tempat Wisata
Selain wisata kota, pemandangan alam anda bisa kunjungi Bunaken (international tourist destination), Pantai Malalayang, Danau Linauw (Lahendong-Tomohon), Bukit Kasih, Bukit Doa, Pasar Ekstrem (Tomohon), Danau Tondano (Tondano), Danau Moat (Kotamobagu), Tangkoko (Bitung), Kerajaan Kaidipang (Bolmut), Pulau Gangga (Minut), dan sebagainya.  


Kota ini dan beberapa kota lainnya (Tomohon, Tondano dll) lebih meriah anda kunjungi pada akhir tahun – bulan Desember (Natal dan Tahun baru). Lihat saja kemeriahan warga sekitar Boulevard Tondano di awal tahun, mereka naik kendaraan dengan membuka Kap belakang mobil dan duduk di situ. Terkadang bagian kursi tengah mobil kosong dan padat pada area bagasi. 

 





Harapan semua orang tidak terkecuali backpackers ialah agar harmoni keberagaman SARA terutama Agama terus terpelihara dan terawat serta terjauhkan dari aktor-aktor yang mengambil keuntungan ekonomi politik dari kondisi konflik sehingga kedamaian terus tercipta di bumi Nyiur melambai ini.
Backpakers….enjoy Manado - Sulut 



Keywords: #Manado #Wisata #Backpaker #ceritakeseharian