Pages

MEMBACA KRISIS FINANSIAL SIPRUS DENGAN DUA PERSPEKTIF


                            ABSTRACT

The series of financial crisis in the European Union now appear in Cyprus. The catastrophe sweeps the periphery of euro zone in 2013. Economic pressure affects political configuration. This paper shows how to understand the basic analysis interpretation of  Capitalism and Marxism perspective on the Cyprus financial crisis.


A. GAMBARAN UMUM
        
European Union
Eropa, benua tempat sejarah  eksotis pengetahuan dilahirkan melalui sejumlah postulat, eksperimental, teori , spekulasi dan sebagainya yang mempengaruhi dunia dengan berbagai gejolak yang ditimbulkannya seperti bangunan filsafat dan kelahiran klasifikasi pengetahuan, perluasan kerajaan, imperialisme kuno, persebaran bahasa, agama,  dan sebagainya. Dalam perkembangan kontemporer Eropa, koalisi Eropa dalan European Union menyita perhatian internasional dengan integrasi ekonomi politik, pertahanan keamanan melalui institusi supranasional. EU merupakan model kerjasama regional par excellence. Anggota EU saat ini terdiri dari 27 negara, 1 negara dalam proses pengabulan yaitu Kroasia, 5 negara (Iceland, Montenegro, Serbia, Macedonia, Turkey) kandidat, 2 negara (Albania, Bosnia and Herzegovina) kandidat potensial sementara Kosovo masih terlibat permasalahan kejelasan status negara.



Sebelum bernama EU (European Union) berdasarkan Maastricht Treaty pada 1992 berlaku 1993, kerjasama regional ini dulunya bernama ECSC (European Coal and Steel Community)  berdasarkan Treaty of Paris 1951 yang diusulkan oleh Robert Schuman (menteri luar negeri Perancis). Usulan Schuman tersebut merupakan jawaban lanjutan atas Jean Monnet (politikus Perancis)  atas dilema perselisihan Perancis dengan Inggris dan Amerika Serikat mengenai  perkembangan industri berat di Jerman Barat yang cukup pesat. Monnet mengusulkan agar seluruh aktivitas produksi batu bara dan baja di Eropa Barat dibawah satu institusi bersama menggantikan IRA (International Ruhr Authority) yang dinilai hanya memberi keuntungan pada Jerman Barat semata (Campbell 2011:209). 



Arsitektur kerjasama berlanjut pada treaties of Rome 1957 dalam pembentukan EEC (European Economic Community), Euratom (European Atomic Energy Community). Model kerjasama tidak terlepas dari  post-war architecture dalam konteks perang dingin sebagai efek lanjutan dari kebijakan Trauman (Dedman 2010:17). Pada 1967 ketiga institusi tersebut bergabung menjadi EC (European Communities). Pada 1986 revisi perjanjian Roma dilakukan memunculkan SEA (South European Act) yang menjadi batu loncatan kerjasama Economic and Monetary Union dalam Maastricht Treaty 1992 (TEU/Treaty on European Union).



Adapun ECB/European Central Bank sebagai institusi pengatur moneter dengan target price stability dan interest rates dalam zona Eropa yang terbentuk pada 1998. Pembentukannya diamanatkan dalam pasal 13 TEU sebagai pendukung konsep single market common currency. Pada 1 Januari 1999 mata uang Euro diperkenalkan.  



Sampai tahun 2012, dari 27 negara anggota EU terdapat 12 negara  yang tidak menggunakan euro yaitu negara Bulgaria, Czech Rep, Denmark, Hungaria, Lithuania, Latvia, Poland, Romania, Sweden dan United Kingdom.  Negara yang lain terkecuali Denmark dan UK diasumsikan belum berhasil sampai pada standar kriteria konvergensi mata uang. Upaya penstabilan perekonomian dilakukan oleh skema EFSM (European Financial Stabilisation Mechanism), EFSF (European Stability Facility),  ESM (European Stability Mechanism),  Stability and Growth Pact, di supervisi oleh Troika (gabungan perwakilan European Comission, ECB dan IMF).        



Pada 13 Desember 2007, 27 anggota EU menandatangangi treaty of Lisbon yang merupakan amandemen traktat sebelumnya yang diaplikasikan 2009 dengan tagline “a more democratic and transparent Europe”. Sementara free movement of persons dalam regional diatur dalam kerjasama Schengen yang dimasukkan dalam EU legal framework by treaty of Amsterdam pada tahun 1997.


Dalam beberapa tahun terakhir  gejolak finansial (krisis) abad 21 menyebabkan turbulensi sistem perekonomian EU. Trigger krisis di benua Eropa terjadi di negeri para filsuf yaitu Yunani ketika Goerge Papandreou (berasal dari partai Panhellic Socialist Movement/PASOK (kiri-tengah)) memegang jabatan prime minister pada Oktober 2009. Administrasi Papandreou menemukan bukti kesalahan penghitungan dengan kondisi budget deficit ternyata lebih besar dari yang diberitakan (Ray 2012.).  


Catastrophe berlanjut ke Irlandia, Portugal, Spanyol pada 2010 dengan kategori heavily indebted, kemudian menyebar ke Italia dan berbagai negara lainnya tidak terkecuali Siprus saat ini dan Slovenia. Seri krisis kapitalisme tersebut tidak terlepas dari krisis besar subprime mortgage bubble memuncak setelah bankrutnya Lehman Brothers bank investasi terbesar ke empat di Amerika Serikat pada September 2008.  


Siprus
Sebagai negara yang memperoleh kemerdekaan dari Inggris pada 1960, Siprus menjadi anggota UE pada tahun 2004 dan termasuk dalam eurozone dengan pemakaian mata uang Euro pada tahun 2008 menggantikan mata uang sebelumnya Cyprus Pound. Total luas wilayah negara ini hampir sama dengan provinsi Banten.


Siprus terletak di selatan Turki dan merupakan kepulauan paling timur Eropa yang berada di laut Mediterania dengan ibukota Lefkosia/Nicosia. Posisi laut tersebut menjadikan Siprus bukan bagian dari Schengen area. Hubungan antagonistik dengan Turki serta kedekatan geografis dengan Timur Tengah menjadikan kerjasama dalam Uni Eropa menjadi strategis dalam payung geopolitik dan geostrategis. Dengan begitu motif integrasi Siprus kedalam kerjasama regional EU berdimensi ekonomi, politik dan keamanan.


Posisi geografis Siprus yang dekat dengan Timur Tengah menjadikan negara ini menjadi salah tujuan pengungsi ataupun asylum seeker konflik Suriah. Negara ini menyiapkan penampungan akibat ekses konflik tersebut dengan batas maksimum 200.000 jiwa pengungsi (Baker 2012).


Akibat dari krisis ekonomi yang berlanjut di Eropa dan gelombangnya sampai ke kepulauan Siprus pada 2012-2013, depositors besar (lebih dari € 100.000) yang menanamkan uang di bank-bank di Siprus diperkirakan akan kehilangan sampai 60% simpanannya (Hadjicostis 2013). Tentu hal tersebut bukanlah hal yang menggembirakan bagi rakyat Siprus. Komposisi demografis pada 2011 yaitu 77% kelompok etnis Yunani, 18% Turki dan lainnya 5% dengan total populasi penduduk 1.1 juta jiwa (CIA 2013).


Economic Systems
Secara literal capital diartikan modal, capitalist pemilik modal. Kapitalisme/capitalism sebagai sistem ekonomi dominan dan mayoritas (mainstream), cara/mode produksi yang berlaku sekaligus sebagai relasi sosial yang membentuk masyarakat secara umum. Kapitalisme sebagai sistem ekonomi dan mode produksi melekatkan gagasan pada profit motive/motif optimalisasi keuntungan, sistem harga, private property, freedom of enterprise, competition, individualism, consumer sovereignty, free market economy, limited government (laissez-faire)  (Schnitzer 1994)


Schnitzer kemudian membagi kategori negara yang  menggunakan sistem ekonomi capitalism kedalam beberapa jenis/varian yaitu US market capitalism, social market capitalism dengan contoh German (welfarian),  state-directed capitalism dengan contoh Jepang dan Korea Selatan (Schnitzer 1994).  


Dari kategorisasi tersebut dapat dilihat adanya variasi-variasi negara yang menerapkan capitalism berdasarkan geografis (geographic matter). Amerika Serikat merupakan negara dengan sistem ekonomi kapitalisme par excellence terlebih kombinasi model neoliberalisme dalam washington concensus pada akhir 1980an yang bercirikan minimum state intervention/peran minimum negara dan kekuatan pasar  (privatisasi, deregulasi, penghapusan hambatan perdagangan, minimum social expenditures dan kebijakan lainnya). Hal tersebut yang bertujuan menumbuhkan/memapankan kaum pengusaha/pemodal sebagai rotor utama ekonomi. Kebijakan yang ditempuh seperti pengurangan pajak dan eleminasi posisi tawar buruh dalam serikat dan sebagainya. 


Kebangkitan neoliberalisme/liberalisme klasik abad 20 diasosiasikan kepada tokoh-tokoh seperti Margaret Thatcher dan Ronald Reagan karena kebijakan-kebijakannya, serta pengaruh pemikiran F.Hayek (ekonom aliran Austria) dan Milton Friedman (ekonom monetaris (Chicago)), Alan Greenspan (chairman The Fed era Reagan) serta lembaga-lembaga IMF, World Bank dan WTO.


Sebelum peralihan ke paradigma neoliberal, 25 tahun setelah perang dunia ke II (1945-70) model Keynesian (kebijakan moneter dan fiskal, full employment dan pertumbuhan ekonomi) atau fungsi negara tidak minimum/ada intervensi dalam perekonomian menjadi dominan paradigma dalam ekonomi politik negara-negara. Di Amerika Serikat sendiri menjadi kelanjutan dari program ”New Deal” F.D Roosevelt sebagai rencana mengurangi dampak buruk great depression waktu itu (Palley 2005). 


Mengambil termin Ruggie yang dikembangkan dari karya Karl Polanyi, model ekonomi pasca perang dunia II di-istilahkan embedded liberalism yaitu renegosiasi domestik dan akomodasi internasional (Ruggie 1982:413). Sebuah kompromi kelas antara kapital dan buruh sebagai penjamin kondisi domestik yang aman dan damai (Harvey 2005:10).



Pengaruh stagflasi (stagnasi dan inflasi bersamaan) pada 1970an mengakibatkan permodelan Keynesian mengalami penurunan pamor yang nantinya menaikkan kembali ide klasik tentang kekuatan pasar dan minimalisasi peran negara dalam perekonomian dalam payung neoliberalisme. Pasar yang jenuh bagi produsen mendorong globalisasi menjadi narasi dominan di dunia.


Periode 1970an juga menandai sistem Bretton Woods (yang diarsitekturkan dengan model Keynesian sebagai stabilisator nilai tukar uang) ditinggalkan oleh Nixon karena kondisi perekonomian AS. Sehingga sepenuhnya nilai tukar tidak lagi dijamin oleh sistem Bretton Woods tetapi melalui skema pasar (fixed/pegged exchange rate ke floating exchange rate).


Negara-negara di Asia berlanskap state directed capitalism dimana campur tangan kuat negara pada pengembangan industri-industri strategis seperti perkembangan industrialisasi Korea Selatan melalui chaebols, Jepang dengan kieretsu, begitu juga dengan Malaysia.  Sementara di China, setelah Zhou Enlai wafat pada Januari 1976 dan pemimpin besar revolusi Mao Zedong wafat pada September 1976, pada tahun 1978 Deng Xiaoping meletakkan dasar gerakan second revolution mereformasi perekonomian China ke arah pasar terbuka dimulai pada sektor pertanian dengan model socialism with Chinese characteristics dengan tetap mempertahankan ciri komunis yaitu disiplin komando satu partai (Tisdell 2009).



Sedangkan negara-negara Eropa (Eropa Barat, Skandinavia) menerapkan model Bismarckian yaitu suatu model negara kesejahteraan/welfarian yang mulanya di inisiasi oleh Bismarck. Dasar pikir Bismarck yaitu tarik menarik kepentingan dari dua sistem ekonomi yang saling bertolak belakang yaitu kapitalisme dan sosialisme di Jerman waktu itu sehingga memunculkan solusi “jalan tengah” bermodel welfarian. Beberapa ciri-ciri negara welfarian yaitu pengenaan tax proggresive (semakin tinggi penghasilan semakin tinggi pajak penghasilan), social expenditures yang besar (alokasi budget negara yang tinggi dalam belanja sosial (pendidikan,layanan kesehatan, pelayanan publik dan sebagainya).


Tetapi terdapat satu fenomena menarik terkait penghindaran pajak yang disebut tax exile. Gerard Depardieu aktor kawakan perancis yang berakting mayor dalam film Asterix and Obelix dan akting minor pada Life of Pi satu dari beberapa orang yang memilih keluar dari warga negara Perancis serta membawa kekayaanya. Depardieu semula berencana berlabuh di Belgia tetapi memilih ke Rusia pada 2013 dengan alasan untuk menghindari pajak progressif yang direncanakan Hollande yaitu penaikan dari 45% ke 75% pajak penghasilan bagi yang berpenghasilan lebih dari €1m per tahun. Rusia dipilih karena mempunyai pajak penghasilan datar/flat income tax sebesar 13% (Guardian 2013).Hal tersebut merupakan fenomena minor tax proggresive dan dikenal dengan istilah tax exile tetapi apabila keadaan telah “normal” tidak menutup kemungkinan para penghindar pajak akan kembali lagi ke negara semula. 


Kembali ke sistem welfarian, di negara-negara Eropa, welfarian dapat terjadi karena sistem adanya pengaruh politik yaitu sikap kepartaian yang jelas (kanan-tengah-kiri), yang ada diparlemen. Disamping itu seperti telah disebutkan sebelumnya Eropa merupakan akar sejarah panjang pengetahuan dan beragam eksperimentasi sistem ekonomi. “Kitab suci” kapitalisme maupun kritik kapitalisme terbentuk di benua tersebut.


Jadi terbentuknya welfare state mempunyai porsi sejarah politik lebih dominan dari sekedar perhitungan ekonomi semata.  Sebagai sebuah sistem ekonomi dengan model yang disebutkan diatas seperti motif keuntungan/money obsessed, individualistik/individual maximalizing, konsumen adalah raja,  kompetisi, capitalism tidak hanya dipraktekkan dan eksis di level negara (makro) saja tetapi hadir di relasi sosial kecil/individual (mikro).


Transformasi Formulasi         
Kapitalisme sebagai sistem ekonomi mainstream dikategorisasi dengan model yaitu ekonomi klasik kemudian trajektorinya dalam aliran monetaris dan modifikasinya dalam Keynesian. Garda depan pemikir ekonom mainstream dapat dilihat pada magnum opus klasik Adam Smith “The Wealth of Nations”  pada 1776, ekonom klasik lainnya seperti David Ricardo dengan teori terkenal comparative advantage/keunggulan komparatif, John Stuart Mill penganjur utilitarian dan kebebasan. Dalam tulisan ini hanya mengambil konsep Adam Smith, Friedman, Keynes dan post-Keynes dalam Samuelson untuk sistem ekonomi mainstream.


Adam Smith merupakan the founding of market economics (lihat Ginzberg 2002). penekanan pada deregulasi, pentingya kebebasan industri melalui sandaran capital, kekuatan pasar dan efek spillover setelah motif mencari untung pribadi terlaksana, Adam Smith menyatakan :

“no regulation of commerce can increase the quantity of industry in any society beyond what its capital can maintain… he intends only his own gain; and he is in this, as in many other cases, led by an invisible hand to promote an end which was no part of his intention… By pursuing his own interest, he frequently promotes that of the society more effectually than when he really intends to promote it (Smith 1998: 590,593,594).


Ekonom klasik tidak banyak mengembangkan rumusan ekonomi yang rigid dan menyeluruh dalam bentuk formula maupun indikator pengukuran. Kemudian perubahan baru terjadi pada abad 20 ketika ekonometrika muncul dengan pembuatan indikator-indikator pengukuran seperti GNP (Gross National Product) dan GDP (Gross Domestic Product).


Indikator GNP dan GDP merupakan penemuan ekonom dan statisticians Simon Kuznets paska great depression, oleh karena hal itu Kuznets mendapatkan penghargaan nobel di bidang ekonomi pada 1971. Penemuan tersebut sekaligus sebagai penanda mulainya ilmu ekonomi mainstream modern (pengukuran, angka-angka statistik) menggantikan pembahasan ekonomi klasik yang berciri penjabaran filosofis. 

Bersamaan dengan itu formulasi makroekonomi di bangun oleh Keynes. Sebelum makroekonomi Keynes, ekonom klasik bertumpu pada hukum Jean Baptise Say tentang pasar (say’s law market) misalnya hukum supply creates own demand yang merupakan perluasan pemikiran Adam Smith tentang pasar bebas dan kekuatan pasar sebagai panacea (Samuelson 1997:511).


Setelah latar belakang singkat tersebut, tulisan ini hendak menganalisis krisis ekonomi yang terjadi di Siprus dengan menggunakan dua pendekatan yaitu ekonomi mainstream (kapitalisme) dan kritik ekonomi kapitalisme dalam payung marxisme. Tujuan penulisan ini untuk memudahkan penstudi nantinya dalam menganalisa informasi-informasi yang sangat banyak sekarang ini dengan peka/sensitif terhadap perspektif


Diharapkan agar penstudi nantinya dapat memetakan/mapping, mengenali, mendeteksi, mendiagnosa  perspektif apa saja yang digunakan oleh pihak-pihak dalam membangun argumen lisan ataupun non-lisan terutama dalam topik-topik ekonomi politik.  Seperti yang kita ketahui bersama, bahwa tidak ada argumen tanpa dasar/pijakan dan tanpa maksud.


Bangunan analisa dari tulisan ini akan didasarkan pada pertanyaan yaitu “bagaimana cara menganalisa masalah dan solusi masalah krisis Siprus dari dua perspektif yaitu Kapitalisme dan Marxisme? Tulisan ini akan membatasi lingkup pada permasalahan ekonomi dengan analisa ekonomi dan dampak politik khususnya yang menyangkut dengan krisis finansial Siprus dari masing-masing perspektif.



B. THEORETICAL FRAMEWORK

Untuk kerangka teori ekonomi Kapitalisme, Smith menganjurkan balance budget/neraca keuangan berimbang (Skousen 2007:35) dan mengajukan warning ketika utang negara membesar, Adam Smith menyatakan :

“when national debts have once been accumulated to a certain degree, there is scarce, I believe, a single instance of their having been fairly and completely paid. The liberation of the public revenue, if it has ever been brought about at all, has always been brought about by a bankruptcy; sometimes by an avowed one, though frequently by a pretended payment...extends the calamity to a great number of other innocent people...When it becomes necessary for a state to declare itself bankrupt, in the same manner as when it becomes necessary for an individual to do so, a fair, open, and avowed bankruptcy, is always the measure which is both least dishonourable to the debtor, and least hurtful to the creditor (Smith 1998:1225-6).”

Teori makroekonomi membahas perilaku perekonomian secara menyeluruh atau dengan kata lain aggregasi dari kegiatan perekonomian (tingkat output seluruh bangsa, kesempatan kerja, pengangguran dan harga) sedangkan teori mikroekonomi membahas perilaku harga dan kuantitas-bagaimana harga uang naik ketika harga kapas turun dengan sistem hubungan mekanisme pasar. Ilmu mikroekonomi mengamati ekonomi lebih sempit seperti perusahaan dan rumah tangga (Samuelson 1997).

Sasaran utama dalam makroekonomi menganalisis GNP, kesempatan kerja, inflasi dan neraca pembayaran. Tujuan yang ingin dicapai laju pertumbuhan (empat roda pertumbuhan: kuantitas dan kualitas pekerja, sumber daya alam, akumulasi capital, teknologi-inovasi), kesempatan kerja, stabilitas harga dalam pasar bebas, perdagangan luar negeri dengan instrument kebijakan fiskal (belanja negara (government expenditures) dan perpajakan), kebijakan moneter (pengendalian jumlah uang yang beredar mempengaruhi suku bunga), kebijakan pendapatan (pedoman tingkat upah), perekonomian luar negeri (kebijakan perdagangan (nilai eksport-import yang seimbang), nilai kurs valuta asing) (Samuelson 1997:5,99,101).  


Perdebatan model Keynesian dengan ekonomi klasik serta monetaris yaitu Keynesian menganggap perlunya intervensi negara sedangkan ekonomi klasik menyerahkan kekuatan ke pasar.  Begitu juga dengan monetaris campur tangan pemerintah minimum hanya untuk mencegah inflasi yang tinggi dan titik fokus pada persoalan moneter yaitu supply money yang mendeterminasi nominal GDP dan inflasi serta tidak terlalu memperhatikan kebijakan fiskal karena tidak banyak berpengaruh.


Selanjutnya untuk Marxisme, diantara banyak kritik Marx atas kapitalisme dalam tulisan ini hanya mengambil kritik yang terdapat Das Capital buku ketiga yang membahas kontradiksi internal pada proses produksi kapitalis yang menitik beratkan pada kapital sebagai sebuah komoditi dalam  sistem perbankan dan institusi keuangan lainnya.


Di dalam sistem kapitalisme, kapital itu sendiri tampil sebagai suatu komoditi sejauh ia ditawarkan dipasar dan nilai pakai uang sebagai kapital sungguh-sungguh dialenasikan, namun nilai pakainya ialah untuk memproduksi laba (Marx 2007:355). Bunga sebagai instrumen motivasi investasi para kapitalis dalam hal ini bunga sebagai harga kapital merupakan suatu pernyataan yang sepenuhnya tidak rasional. Jika harga menyatakan nilai suatu komoditi, maka bunga menyatakan valorisasi (penambahan) kapital uang dan oleh karena itu tampil sebagai harga yang dibayar oleh yang meminjam untuknya (Marx 2007:354)

Mengenai masalah hutang negara Marx berpendapat, akumulasi kapital dalam bentuk hutang nasional tiada berarti lebih daripada  pertumbuhan suatu kelas kreditor negara dengan suatu klaim istimewa pada jumlah-jumlah tertentu dari keseluruhan hasil perpajakan. (Marx 2007:476).  Disini didapatkan analisa kelas pada sistem perbankan yaitu istilah “kelas kreditor”.


C. PEMBAHASAN

1. Perspektif Ekonomi Mainstream (Kapitalisme)

Banking System
Secara umum krisis dapat diringkas menjadi empat yaitu management of soverignt debt, supervision and prudential control of banks, restoration of  stability and credibility to the currency, bankruptcy of economic thought in a global financial structure (Strange 1988:109).  Skema integrasi ekonomi dalam eurozone Bank Sentral yang berada di masing-masing negara menyerahkan sebagian kedaulatannya (mencetak mata uang) kepada Bank Sentral Eropa/ECB. Secara normatif dan ideal penggunaan common currency untuk mendukung proses-proses ekonomi seperti transaksi banking, perdagangan (ekspor-impor) antar negara EU maupun pemakaian internasional selain USD, pembayaran pekerja, kontraktor, tarif transportasi dan sebagainya.


Uang merupakan jantung dan pelumas perekonomian mainstream dan karenanya tidak terlepas dari sistem perbankan. Sistem perbankan dalam sistem perekonomian mainstream terbagi dalam dua jenis bank yaitu bank sentral dan komersil.  Bank komersil merupakan entitas bisnis berupa perusahaan perantara/intermediaries  (tujuan yang sama dengan perusahaan perantara lainnya seperti lembaga simpan pinjam, keuangan dan sebagainya memberi keuntungan bagi para pemiliknya) yaitu menyedot dana/deposito dari sekelompok orang dan mengeluarkannya/meminjamkannya lagi pada golongan yang lain termasuk kepada negara tertentu untuk menutup defisit anggaran. Bank komersil selalu menahan sejumlah uang tunai cadangan (di luar jumlah kewajiban minimum untuk transaksi harian) dan mempunyai simpanan tanpa bunga pada Bank Sentral sesuai aturan (Samuelson 1997).



Reaksi berantai pada bank-bank yang lain memampukan satu bank komersil menciptakan 10 kali lipat dari simpanan yang ada padanya.  Sedangkan Bank Sentral mempunyai fungsi utama mengendalikan jumlah cadangan bank (mengendalikan jumlah uang  yang beredar dan kredit dalam seluruh perekonomian). Bank sentral dapat mengubah cadangan wajib bagi bank-bank/minimum reserve ratio, menaikkan rasio (%) cadangan untuk memperketat situasi moneter dan menurunkan rasio untuk mengendorkan kredit.  Instrumen pokok dari kebijakan moneter yaitu open market operations)/operasi pasar terbuka (jual beli obligasi pemerintah) dan kebijakan tingkat diskonto (penentuan suku bunga dana yang bisa dipinjam oleh bank anggota), mengubah rasio cadangan. Kebijakan tersebut untuk me-rem atau men-gas dalam merespon situasi moneter (Samuelson 1997).


Pada skema zona Euro dapat terlihat roda-roda yang tidak sama besar berputar yaitu Bank-Bank Sentral domestik/NCBs (National Central Banks) dan Bank Sentral Eropa/ECB. ECB secara langsung dan tidak langsung mengatur disiplin Bank-Bank Nasional dan Bank-Bank komersil di seluruh negara anggota eurozone dalam payung moneter. Jika satu roda gigi yang rantainya saling terhubung dan bergantung dalam siklus bisnis terganggu maka akan memacetkan yang lain. Jika ditarik lebih jauh dari sekedar persoalan teknis seperti cadangan minimum, ECB sebagai Bank supranasional mempunyai peran begitu dominan/besar terhadap moneter dan penyokong kelangsungan entitas ekonomi politik UE.


Bagi kalangan monetaris (minimum intervensi terhadap pasar (lending-investing)) pembentukan euro merupakan suatu kegagalan sistem unity yang dibangun. Seperti pendapat Friedman pada tahun 1997 kesatuan moneter dalam kondisi tidak menguntungkan akan membuktikan penghalang untuk pencapaian kesatuan politik (Friedman 1997).  Hal tersebut seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa bagi monetarist, pasar tidak salah, gagal/failure dan seringkali kesalahan dilakukan oleh government/govern (pemerintah/aturan) yang mengintervensinya.   
              

Dari pandangan Keynes, manajemen sentral (moneter dan fiskal) diperlukan untuk mengantisipasi kegagalan pasar, menyediakan full employment, distribusi kekayaan dan pendapatan karena masa depan perekonomian penuh dengan uncertainty (Keynes 2003). Jadi dalam hal ini eksistensi ECB sebagai sebuah institusi sentral moneter/regulator telah berada pada jalur yang benar (berada dalam jalur Keynesian) tetapi diperlukan pengelolaan yang baik,  disipilin dan transparan.  


Jika dilihat dari skema moneter ECB yang menetapkan mengurangi minimun reserve ratio dari 2% ke 1% berarti mengendorkan kredit untuk mendukung peminjaman dan likuiditas. Sementara dari segi politik internal ECB yang terkadang muncul dipermukaan yaitu perseteruan German-France dapat dilihat  rivalitas professional financial elites German dan France yang berhubungan dengan permasalahan kultur (van Esch dan de Jong 2011) dan power antara dua NCBs besar (German Bundesbank dan Bank of France) yang diharuskan di bawah power pengawasan lembaga yang bermarkas di Frankfurt/ECB sebagai satu-satunya regulator (Tornell 2012).


Soverign Debt Crisis
Mengenai hutang pemerintah  terjadi ketika pemerintah melaksanakan defisit anggaran mereka harus mencetak uang atau meminjam dari masyarakat. Jumlah pinjaman yang berakumulasi disebut hutang pemerintah atau hutang masyarakat (government or public debt) (Samuelson 1997). Disini terlihat perbedaan mencolok dalam balance of budget konsep klasik yang seharusnya berimbang dengan model Keynesian bahwasannya defisit diperbolehkan dengan syarat mempunyai ukuran/tidak melebihi ambang batas yang ditetapkan. Samuelson memberikan ilustrasi penjabaran kausalitas utang yang memakai analogi anggaran belanja keluarga/rumah tangga  yang dipersamakan dengan negara merupakan analogi klasik yang kesalahannya/fallacy turun temurun (Samuelson 1997).


Pada 2011, secara keseluruhan dalam eurozone defisit anggaran pemerintahan 4.1% dari GDP lebih rendah dari AS (9.6% dari GDP) dan Jepang (8.2% dari GDP) dan akumulasi utang pemerintah 87% dari GDP lebih rendah dari AS (102.9% dari GDP) dan Jepang (229.8% dari GDP) (European Commission 2012). Untuk Siprus sendiri, highlight perekonomian: GDP (million Euro) pada 2011 sebesar 17.973, tingkat inflasi pada 2011 3.29% pada 2012 2.39%,  GDP/capita pada 2011 (euro) 21.100, central government balance of GDP pada 2011 -6,3 (minus(-)=defisit). Pada 2011 (dalam €million) domestic public debt  6.003 atau 33,4% dari GDP, foreign public debt 6.773 atau 37,7% dari GDP, total public debt (exlcluding intergovernmental debt) 12.774 atau 71,7% dari GDP, total public debt (including intergovernmental debt) 20.557 atau  114.4% dari GDP, total foreign debt 83.711 atau 465,6 % dari GDP (Cyprus Centralbank 2013). 


Kondisi darurat perekonomian mencapai puncaknya ketika dua bank besar yaitu Bank of Cyprus dan Cyprus Popular Bank (Laiki) mengalami kebangkrutan. Seperti yang dibicarakan sebelumnya bahwa sistem jejaring akan membuat efek domino berlaku pada kasus yang sama di Siprus. Dugaan penyebabnya terutama untuk Laiki pertama pemotongan sovereign debt di Yunani yang menyebabkan kehilangan sekitar 2.5 bn euros, pemberian pinjaman ke Yunani dan ketiga krisis ekonomi yang menimpa perusahaan. Pada Juni 2012 Laiki mendapat loan dari pemerintah Siprus sebesar 1.8 bn euro oleh karenanya pemerintah memiliki 84% saham tetapi hanya sedikit membantu serta gagal menarik private capital (Noonan 2013).



Pada 25 Juni 2012 mantan presiden Siprus Dimitres Christoflas (dari partai Komunis) meminta  bantuan kepada EU untuk menanggulangi permasalahan finansial tetapi tidak terdapat kesepakatan. Pada February 2013 Nicos Anastasides (partai demokratik-kanan tengah) yang di dukung oleh kanselir German Angela Markel terpilih menjadi presiden melalui pemilihan  dan efeknya pada 25 maret penyetujuan paket (macroeconomic adjustment programme) bailout 10 bn euro kepada Siprus diasistensi Troika. Komposisi 10 bn euro datang dari IMF sebesar 1 bn euro dan 9 bn euro dari eurozone. Dari penjabaran tersebut dapat dianalisa bahwa sistem ekonomi membutuhkan pertautan yang erat dengan perpolitikan untuk mendukung program yang bekerja terutama pada siapa yang menjadi rekan aliansi.



Berdasarkan laporan European Comission dalam program/paket bailout terdapat syarat-syarat yang diharuskan yaitu restrukturisasi sektor bank, penyesuaian fiskal sebagai jalan jangka menengah  diperkirakan kondisi perekonomian  recovery pada 2015-16 mendatang dan jangka panjang pada 2020. Privatisasi asset negara sebesar 1.4bn euro, penjualan cadangan emas negara sebesar 0.4 bn euro dan asset swap sebesar 1 bn euro dengan bunga utang dari ESM bermargin 2.27% di 2013 - 3.80% di 2025, dari IMF 2% di 2013 ke 3.4% di 2017 berkurang 3.2% sampai 2020. Asumsi pinjaman ESM 9bn euro terlunasi pada 2028-33  Rekapitalisasi obligasi di Laiki pada Juni 2012 tidak digantikan oleh pembiayaan ESM. Hellenic bank harus mencari pembiayaan sendiri, pengenaan pajak penghasilan 12.5%, retribusi bank 0.5% (European Commision 2013).


Persoalan paket bailout  merupakan persoalan ekonomi sekaligus juga sangat politis dan seperti yang kita mengerti bersama bahwa setiap frase yang berjumpa dengan kata “politik” menjadi lebih rumit dari sebelumnya. Paket bailout yang cukup strict tersebut dipahami karena kemampuan Siprus dalam membayar utang dalam kondisi lemah/kehilangan trust dan keinginan EU untuk menguatkan euro dalam ekspektasi pasar modal dan pasar uang.


Program restrukturisasi dapat dipastikan akan menambah pengangguran dalam waktu yang dekat. Mengukur kenaikan angka pengangguran biasanya menggunakan kaidah Okun/Arthur Okun yaitu setiap penurunan 2% GNP potensial maka pengangguran meningkat 1% .


Dalam perekonomian model Keynesian kebijakan fiskal memegang peranan penting karena mempengaruhi GNP oleh karena itu skema paket bailout akan mengenakan kenaikan pajak di beberapa jenis. Target pertumbuhan yang merupakan sasaran utama selain manajemen hutang jangka menengah diproyeksikan setelah 2015 dan panjang (2020 dan setelahnya). Artinya krisis belum berakhir sampai tahun tersebut dan tahun terberat terjadi pada 2013 dan 2014.



Siklus ekonomi (output, harga, suku bunga dan penggunaan tenaga kerja) dalam skema bailout dproyeksikan akan melambat dalam tahun yang dekat ini dan perlahan-lahan membaik. Eksploitasi energi (migas) beberapa tahun kedepan diharapkan untuk membantu pertumbuhan selain bergantung pada pariwisata sebagai industri dominan. Hutang yang bertambah akibat bailout dalam hal ini bukan sesuatu yang menakutkan selama skema berjalan lancar dengan memperbaiki pertumbuhan ekonomi.



Pendapat Krugman (ekonom Keynesian) demi kebaikan Siprus hendaknya meninggalkan zona euro untuk membangun kembali perekonomiannya (Queally 2013). Terlihat dari pernyataan Krugman walaupun skema eurozone melambangkan kembalinya model Keynesian tetapi diantara para pemikir-pemikir aliran Keynesian juga terdapat variasi-variasi perbedaan tergantung dari profesinya.



Jika dilihat dari persyaratan paket bailout khususnya tentang privatisasi seperti layaknya resep IMF pada umumnya maka langka penyelamatan krisis finansial mempunyai corak yang sama dengan resep neoliberalisasi era Thatcher. Hal ini dimengerti neoliberalisme merupakan kapitalisme per se. Libertarian, klasik, monetaris, keynesian, neoliberalisme  maupun heterodoks ekonomi seperti soko guru entrepreneurship dalam Schumpeter terjalin modus vivendi dimana format-formatnya dapat eksis/hidup secara berdampingan dan tidak dalam format blend/campuran.



Mengenai jumlah deposit, estimasi depositor asal UK sebesar €2 bn ditanamkan di Siprus termasuk rekening 3000 personel militer dan 250 pegawai negeri karena bekas koloni Inggris, 40% cash dimiliki oleh non residen (Moulds 2013). Sementara depositor asal Russia diestimasikan memiliki lebih dari €20 bn dari €68 bn dana di bank-bank Siprus (Ian Traynor et.al 2013) termasuk investasi perusahan raksasa energi Rusia Gazprom.



Rencana bailout yang berdampak pada depositor besar (lebih dari €100.000, yang dijamin sebesar €85.000  atau setara sekitar 1 milyar rupiah kurs €1=Rp.11.700).  Seperti yang telah disebutkan sebelumnya diperkirakan 60% dari total dana yang disimpan pada bank di Siprus akan terpotong. Dapat dipastikan hal tersebut akan memunculkan gerakan alami yaitu kepanikan para penyimpan dana yang akan mengambil sebanyak mungkin simpanannya/rush baik Bank yang berada di domestik Siprus maupun yang berada di luar. Oleh karena itu aktivitas Bank ditutup selama 12 hari (16 maret-28 maret) demi mengantisipasi rush.



Selama ini Siprus dikenal sebagai salah satu tempat offhore tax heaven dan financial center dari beberapa tempat lainnya seperti Cayman Island, Malta, Bahama, Bermuda, Hongkong, Singapura, Gibraltar, British Virgin Island dan lainnya  sampai beberapa diantaranya mengenakan peraturan 0% pajak (lihat Shaxson 2011). Jadi dapat dipastikan motif deposit besar di Siprus berkaitan dengan tax heaven tersebut untuk menghindari pajak dinegara asalnya, kemudahan investasi dan tempat money laundering. Tetapi pada paket bailout yang disebutkan sebelumnya secara otomatis menghapus Siprus dari daftar tax heaven yang berarti akan ada tempat yang akan kedatangan dana dalam jumlah besar yang berasal dari Siprus.


2. Perspektif Marxisme
Dalam pandangan Marxisme terdapat metode pendekatan dalam menjelaskan permasalahan yaitu materialism, historisme dan dialektika. Materialisme dalam marxisme bukan hanya memahami materi sebagai objek indrawi tetapi hasil dari kerja dan kerja merupakan titik beratnya, dialektika menunjuk pada sebuah modus dimana bendanya tidak diam melainkan selalu dalam gerak determinasi bolak balik tidak berkesudahan, historisme selain pendekatan kesejarahan dilihat pada skema infrastruktur/basis mendeterminasi suprastruktur (ekonomi mendeterminasi ideologi) (Suryajaya 2009). 


Sebelum menganalisa sistem finansial pada sistem kapitalisme, perlunya melihat mengenai indikator-indikator kondisi negara yang pada permodelan Kuznet yaitu GDP dan GNP yang menjadi indikator seluruh dunia dalam sistem ekonomi kapitalisme. Marx memberikan kritik terhadap cikal bakal indikator tersebut dalam kritik terhadap Adam Smith. Adam Smith (Smith dalam Marx 2006:352) berpendapat :

“pendapatan kotor semua penghuni negeri meliputi seluruh produksi setahun negeri dan kerja mereka, pendapat bersih, yang tersisa bebas bagi mereka setelah dikurangi biaya pemeliharaan, pertama-tama kapital tetap mereka dan kedua, kapital beredar (yang tanpa mengganggu kapital mereka, dapat ditempatkan di dalam persediaan mereka yang dicadangkan untuk konsumsi langsung atau dikeluarkan untuk kebutuhan hidup, kemudahan dan hiburan mereka). Kekayaan mereka yang sesungguhnya juga dalah sebanding tidak dengan pendapatan kotor tetapi dengan pendapatan bersih”



Kritik yang diajukan Marx yaitu, pertama, Smith secara sengaja hanya membahas reproduksi sederhana, tidak dengan reproduksi dalam suatu skala yang diperluas/diakumulasi. Satu bagian dari produk individual maupun sosial tidak dipecah menjadi upah-upah, sewa, laba melainkan menjadi kapital. Kedua, Smith lolos melalui permainan kata-kata “bersih” “kotor”, kapitalis individual maupun seluruh kelas kapitalis yang disebut bangsa menerima sebagai gantinya kapital yang digunakan di dalam produksi, suatu produk barang dagangan. Nilai seluruh produk (laba, upah kerja, sewa) entah dari kapitalis individual atau dari seluruh negeri bersesuaian dengan pendapatan untuk seseorang, tetapi di satu pihak pendapatan kapital, di pihak lain suatu “pendapatan” yang berbeda darinya (Marx  2006:352). 



Jika dielaborasi lebih lanjut ternyata GDP dan GNP tidak objektif dalam menjelaskan realitas kondisi perekonomian negara dan terutama rakyatnya karena reduksionisme indikator angka sama sekali tidak menjelaskan kualitas. GDP/capita mengambil porsi sama rata pada jumlah penduduk sehingga kesalahanpun banyak terjadi. Jadi secara ortodoks analisa ekonomi Marxisme sepatutnya menghindari penggunaan GDP ataupun GNP dalam model analisanya karena dianggap mengulangi kesalahan-kesalahan.


Ruang kritik Marx pada waktu menuliskan magnum opus yaitu pada kapitalisme di Inggris dimana waktu itu Inggris merupakan puncak piramida imperialis dan sistem kapitalisme par excellence. Hal ini bisa dilihat pada luasnya daerah koloni (ladang bisnis) dan sentralnya peranan Bank of England sebagai lender of the last resort dalam sistem gold standard di dunia pada waktu itu dan berjaya sampai awal 1900an sebelum digantikan oleh sentrum ekonomi AS. Marx melakukan kritik atas Adam Smith dan beberapa ekonom lainnya seperti kaum fisiokrat Quesnay dan sebagainya serta institusi-institusi kapitalis.


Krisis finansial yang terjadi pada 1800an, 1900an dan 2000an ternyata tidak banyak berbeda karena pada dasarnya memainkan gerak-gerak yang sama. Krisis finansial Siprus secara khusus dan Eropa secara umum dalam kesejarahan kapitalisme bukanlah sesuatu yang baru serta tidak mengherankan dan oleh karenanya merupakan fenomena krisis siklikal dari macetnya siklus bisnis saling kait mengkait.  Kontradiksi internal sistem produksi dalam kapitalisme menjadikan kapitalisme secara raison d’etre lemah dalam artian stabil dalam waktu yang lama. Sementara fenomena pengangguran bertambah secara linear seiring kejatuhan tingkat laba pemilik modal karena usaha dalam menekan cost production buruh/pekerja yang merupakan rantai terlemah.


Salah satu dari sekian banyak kritik Marx yaitu kritik terhadap gerak dasar permodelan finansial dalam sistem produksi kapitalisme dan merupakan kritik terhadap siklus bisnis dalam kapitalisme.  Semenjak kapital telah menjadi komoditas/komoditi kapital (diperjual-belikan, motif mencari keuntungan/laba dalam arti yang umum) dan bertranformasi dalam bentuk uang, sistem kapitalisme melahirkan penambahan-penambahan kontradiksi dalam dirinya. Kapital selanjutnya tampil sebagai suatu komoditi sejauh pembagian laba menjadi bunga dan laba itu sendiri dikuasai oleh persediaan dan permintaan yaitu dengan persaingan, tepat seperti harga-harga di pasar komoditi (Marx 2007:356).


Jika diasosiasikan dengan euro sebagai uang yang diperdagangkan dalam relasinya terhadap pemburuan laba bagi yang memperdagangkannya persis dengan model harga di pasar komoditas maka unsur spekulasi secara aktif melekat padanya dan tentunya rentan terhadap krisis. Jadi krisis euro dalam hai ini tidak terlepas dari determinasi kegiatan para spekulan. Apapun yang memberikan kemudahan pada perdagangan memberikan kemudahan pada spekulasi, sedemikian erat bersekutu (Marx 2007:408).



Selanjutnya mengenai bunga, sistem finansial kapitalisme membuat permodelan institusi-instusi penghasil bunga (riba dalam ekonomi Islam) dan mencari bunga dalam menyebarkan kapital dalam sirkulasi merupakan motif kapitalis. Kapital dapat menghasilkan bunga atas dasar cara produksi kapitalis dimana kapital berfungsi sebagai kapital produktif, yaitu menciptkana nilai-lebih yang darinya bunga hanya merupakan suatu bagian (Marx 2007:377).



Tingkat bunga pinjaman berbanding terbalik dengan periode kemakmuran negara (semakin makmur semakin rendah, semakin krisis semakin tinggi bunga). Hal ini bisa dilihat dalam pernyataan Marx yaitu tingkat bunga mencapai tingkat tertingginya selama krisis-krisis, ketika orang-orang mesti meminjam untuk membayar tidak peduli berapapun biayanya. Karena suatu kenaikan dan bunga bersesuaian dengan suatu kejatuhan dalam harga surat-surat berharga, ini sekaligus merupakan suatu kesempatan yang sangat cocok bagi orang dengan kapital uang yg bersedia untuk memborong surat-surat berharga penghasil bunga seperti itu dengan harga yang tak masuk akal murahnya dan dalam proses kejadian secara teratur maka surat-surat berharga ini tidak bisa tidak mencapai sekurang kurangnya harga rata-ratanya lagi segera setelah tingkat bunga itu jatuh (Marx 2007:360).



Apa yang di ilustrasikan Marx yaitu pertama, ketika modus kapitalis mencari bunga difasilitasi institusi-institusi penghasil bunga dan kemudian berkolaborasi dengan kegiatan spekulasi menghasilkan gerakan-gerakan pemantik krisis. Kegiatan spekulasi tidak hanya dilakukan spekulan diluar institusi penghasil bunga tetapi institusi penghasil bungapun melakukannya misalnya pihak bank yang mengambil selisih antara bunga deposito/tabungan dan bunga kredit/pinjaman.



Kedua, pada saat pihak-pihak tidak mempunyai pilihan selama krisis maka kecenderungannya akan dieksploitasi. Hal ini dapat menjelaskan status Siprus yang berada dalam status tereksploitasi dari lembaga penghasil bunga yaitu ESM (European Stability Mechanism) dan IMF. Hal ini sekaligus menjelaskan cara kerja institusi seperti IMF dan sejenisnya sebagai institusi yang mengakumulasi laba dari kegiatan bunga utang.


Secara jelas Marx mengatakan bunga adalah hubungan antara dua kapitalis, bukan antara kapitalis dan pekerja, cicilan bunga merupakan kerakusan yang mengasikkan  (Marx 2007:381,396). Inilah satu dari beberapa kontradiksi internal dalam sistem produksi internal ketika kapitalis vis a vis kapitalis, kapitalis besar sebagai predator kapitalis kecil dalam sistem persaingan.


Lebih jauh tentang institusi penghasil bunga dan masuknya negara dalam sirkulasi krisis serta pembentukan aristokrasi finansial yang membahayakan masyarakat secara keseluruhan, Marx (2007:444) menyatakan:

“Suatu kontradiksi yang menghapus diri, yaitu penghapusan cara produksi kapitalis di dalam cara produksi kapitalis itu sendiri (terkait model bunga) sekedar suatu titik peralihan pada suatu produksi baru. Ia melahirkan monopoli bidang-bidang tertentu dan karenanya memancing campur-tangan negara. Ia memproduksi aristokrasi finansial baru, suatu jenis benalu baru dalam penyamaran para promoter perusahaan, spekulan dan sekedar pada direktur nominal semata-mata: sebuah keseluruhan sistem penipuan dan kecurangan dalam hubungan dengan promosi perusahaan-perusahaan, penerbitan saham dan perdagangan saham. Ia nerupakan produksi perseorangan yang tidak dikendalikan/diawasi oleh kepmilikan perseorangan. Yang dipertaruhakan oleh pedagang spekulasi ialah milik/kekayaan masyarakat bukan miliknya sendiri.  Sama-sama tak masuk akal ialah pernyataan bahwa asal usul kapital adalah simpanan.”



Dari pernyataan diatas konflik kepentingan (motif individu) terjadi disemua sisi dan sudut. Hampir semua pihak berperan dalam spekulasi baik saling bahu membahu (skandal) ataupun menekan. Saling berspekulasi atas sesama spekulan tidak perduli apa latar belakangnya dan yang dikorbankan masyarakat dalam kuantitas yang besar.



Ekonom-ekonom kapitalis sebagai intelektual organik (diambil dari istilah Gramsci) yang bersebaran dimana-mana gemar melakukan asumsi abstrak dengan perhitungan-perhitungan yang menjauhi realita khususnya realitas masyarakat.  Hal ini dijelaskan Marx dalam kritiknya terhadap Dr.Price dan sekaligus Malthus, yaitu Price semata-mata terpukau oleh angka-angka yang tak masuk akal yang lahir dari deret ukur karena ia memandang kapital sebagai sebuah mesin otomatis yang bergerak sendiri tanpa menghiraukan kondisi-kondisi reproduksi dan kerja, sebagai sekedar jumlah yang meningkat dengan sendirinya (tepat seperti sebagaimana  Malthus memandang orang dalam deret ukrunya sendiri) (Marx 2007:394).


Hal tersebut menggambarkan bagaimana logika ekonom kapitalis dalam menyusun preposisi-preposisi abstraknya dimana reduksionis terhadap kerja maupun kondisi manusia dilakukan. Baik melalui teknik berbicara maupun perhitungan disimulasikan bahwa hal bahaya berupa numerikal tersebut real/nyata.


Sebagai contoh pada kasus Siprus bahwa paket bantuan dari asistensi ekonom-ekonom apabila dilaksanakan akan recovery minimal dalam dua tahun kedepan. Dimana seolah-olah tidak ada kehidupan pada tahun sekarang dan tahun depan. Sesuatu hal otomatis terjadi, pelompatan-pelompatan/skip yang tidak terlalu abai terhadap kondisi manusia melainkan numerikal ekonometrika.



Pengangguran dan kemiskinan dalam intelektual ekonom organik kapitalis dilihat hanya berdasarkan abstrak yang diwakili angka dan menghilangkan kehidupan itu sendiri. Dalam marxisme relasi bukan diwakili oleh benda tetapi relasi sosial berhubungan dengan manusia dan kerja itu sendiri. Dan tentang hutang pemerintah tidak menggambarkan kondisi seluruh bangsa tetapi menandakan bertambah kelas kreditor/pengutang yang membebani mayoritas.



Lebih umum ada tiga varian utama penafsiran sebab-akibat (mono-causal) mengenai teori krisis Marx yaitu ketidaksebandingan/disproporsionality (anarki produksi kapitalis sebagai sebab dasar siklus krisis), undercomption dan akumulasi berlebihan/over-accumulation. Kapitalisme memasuki suatu periode kemerosotan kesejarahan yang tidak terhindarkan yang diakibatkan manifestasi gabungan dari semua kontradiksinya: merosotnya pasar, mundurnya perdagangan dunia, kemerosotan pembagian kerja internasional, kemorosotan ekonomi uang, runtuhnya sistem kredit, kemerosotan standar hidup pekerja, berulang kalinya peperangan (Marx 2007:xv,xxi).


D. PENUTUP
Varian-varian dalam sistem ekonomi mainstream (kapitalisme) tidak terlalu banyak perbedaan dan berkonsensus/afirmasi terhadap model institusi finansial (perbankan, lembaga keuangan), pasar saham – komoditas, indikator-indikator ekonomi atau semua hal yang eksis sekarang dalam pola manajemen ekonomi. Ekonomi modern diasosiasikan pada penyajian data statistik dalam membuat argumen.


Para ekonom membuat indikator dan dipusingkan karenanya. Sistem ekonomi mainstream mempunyai multiplier/pengganda paling banyak dalam membentuk pengetahuan umum di dunia melalui kurikulum di berbagai tingkatan institusi, media, laporan-laporan keuangan, symposium serta seminar, public speaking dan efeknya membentuk pola pikir secara umum, memberi batas sosial imajinatif. Tidak jarang bagi yang mempelajari ekonomi mainstream tidak mengetahui sebenarnya ilmu ekonomi kapitalislah yang dikonsumsi.


Perbedaan diantara para ekonom kapitalis hanya terletak pada stressing point pasar diregulasi atau tidak, negara campur tangan banyak atau minimum, dan para pebisnis/enterpreneur mendapatkan kredo pada Schumpeterian. Perdebatan aliran-aliran dalam ekonom mainstream terutama berbicara mengenai negara merupakan perdebatan mengemuka di dunia dengan posisi Keynesian – monetaris dan dari beberapa dekade tidak ada kebaruan.


Walaupun Keynesian memenangi perang tetapi monetaris beberapa dekade ini memenangi pertempuran, misalnya ekonom Chicago menjadi arsitektur ekonomi di beberapa negara seperti Chile pasca kudeta Allende. Kondisi yang tidak solid dalam ekonom mainstream menjadi suatu bentuk persaingan diantara mereka, negara pun potensial dapat menjadi sangat Keynesian dikala krisis/bust dan monetaris/klasik pada saat stabil/boom. Para Keynesian sering menyebut para monetaris sebagai ekonom mainstream, dalam tulisan ini mereka diperlakukan sama dalam gerbong yang sama mainstream/kapitalisme dengan jumlah intelektual organik paling banyak di dunia dan status quo. Salah satu penjaga legitimasi ekonom mainstream terdapat dalam penghargaan nobel ekonomi.


Krisis ekonomi tahun pertahun seperti sepanjang 1900an dan bisa melewatinya mengandung fakta sejarah tidak terelakkan bahwa sistem ekonomi kapitalisme tidak dapat menghilangkan krisis dan tugas dari seluruh apparatus kapitalisme menunda datangnya krisis. Jikapun krisis terjadi maka kebijakan suspensi atau shcok breaker dilaksanakan.


Privatisasi sebagai andalan neoliberasasi dalam pengelolaan selalu menaikkan narasi profesionalitas, transparansi dan good corporate business tetapi yang dicontohkan pada kasus Siprus, privatisasi merupakan persyaratan utang-piutang. Krisis ekonomi dalam perspektif ekonomi mainstream dianalisa secara parsial atau per kasus misalnya black September 1929 disebabkan jatuhnya pasar saham,  Asia 1997 peralihan sistem mata uang dan spekulasi, Amerika 2008 subprime mortgage, Spanyol housing and real estate bubble 2011-12 dan krisis Siprus merupakan imbas dari krisis Yunani. Atas nama pertumbuhan ekonomi dimasa datang pengangguran diperbolehkan.



Terdapat pula pendekatan aktor dalam menganalisa masalah seperti melihat mengapa pemerintahan memberikan pinjaman/loan pada juni 2012 lalu kepada Laiki menaikkan nama-nama seperti Michael Sarris, Andreas Vgenopoulos dan sebagainya. Sehingga solusipun parsialis yaitu pidanakan koruptor, bailout yang membuat utang semakin dalam dan terjauh keluar dari zona euro tetap menjadi  negara tax heaven. Tidak terbantahkan dalam mengatasi krisis skema win-win model pada perbankan dan lose-lose model untuk masyarakat residen Siprus. Proses politik seperti setuju/tidak parlemen menjual cadangan emas dan cost politik dari kebijakan austerity dengan protes-protes terjadi hari ke hari sekarang ini di Siprus.



Sedangkan perspektif Marxisme tidak melihat masalah secara parsialis atau bagian per bagian tetapi struktur besar sistem kapitalisme yang bermasalah sehingga melahirkan dan menciptakan krisis ekonomi siklikal. Akumulasi kemiskinan yang terus bertambah serta menghasilkan sumber daya manusia yang penuh daya  tipu. Terlebih pada model perbankan merupakan keseluruhan komunitas bisnis yang terjebak dalam penipuan (Marx 2007:408). Jadi apabila inang masih eksis maka keseluruhan virus terus akan bertambah.



Konflik/pertentangan kelas menjadi tema sentral karena yang dilihat adalah efek destruksi kapitalisme sangat terasa bagi kelas proletar oleh karenanya kesadaran kelas (membuka sosial imajinasi produktif yang baru dan reorganisasi tatanan) sebagai tujuan utama. Kesadaran kelas diperlukan karena sejarah tidak mengulangi dirinya sendiri tetapi hasil proses konstan manusia, realitas dapat dirubah bentuk (Callinicos 2004).  



Para intelektual organik yang menjaga status quo kapitalisme yang tersebar dimana-mana ingin memudarkan atau menghapuskan anasir pertentangan kelas sebagai sesuatu yang kuno, tidak baik (unsur moral) dan sebagainya. Tetapi pada setiap kejadian ataupun kebijakan terdapat kelas-kelas yang diuntungkan dan dirugikan artinya semakin dikaburkan maka akan semakin kentara.



Oleh karenanya analisa Marx tentang kapitalisme akan terus bersesuaian selama kapitalisme itu ada terlebih ketika krisis. Karena kapitalisme terus mereproduksi dan menambah jumlah kemiskinan dalam hal ini segala upaya humanisasi kapitalisme melalui program berbasis utang MDGs dalam poverty reduction merupakan ilusi semata. Permasalahan kelas eksis, ilmu ekonomi mainstream berpihak pada kapitalis/pemilik modal besar dan marxisme emansipatoris pada mayoritas rakyat terutama bawah/proletar-buruh.


Francis Fukuyama dalam bukunya pada 1992, terlampau senang ketika Uni Soviet runtuh dan kapitalisme yang berkolaborasi liberal demokratik sebagai satu-satunya jalan (tidak ada alternatif). Tetapi dengan hanya mengandalkan Uni Soviet terutama di bawah Stalin dan penerusnya untuk merepresentasikan negara sosialis terlalu banyak kelemahan bahkan sama sekali menyimpang jauh menjadi tirani otoritarian. Fukuyama dapat dimengerti dengan metode basis mendeterminasi suprastruktur dimana dasar kepentingan ekonomi (karir Fukuyama)mendeterminasi idiologinya, logika berpikir dan sebagainya. 


Cukup sulit untuk menggambarkan negara sosialis ideal menurut Marx karena Marx tidak menuliskan seperti apa yang idealnya. Jikapun diasosiasikan manajemen negara Kuba merupakan sosialis par excellence.


Tetapi membayangkan Kuba dengan imajinasi sosial produktif yang dibatasi dan dibentuk oleh pengetahuan Kapitalisme mengalami kesulitannya sendiri menembus imajinasi yang terbatas itu. Begitupun dengan permodelan ekonomi Marx yang akan bekerja sepenuhnya di format masyarakat yang sama sekali berbeda dengan yang ada sekarang sehingga bagi para pihak yang imajinasinya terbatas pada kapitalisme akan sulit menerima analisa Marx.


Jika menggunakan kacamata konsistensi antara apa yang diajarkan dan dikerjakan antara dua pemikir besar Adam Smith dan Karl Marx, maka kita akan menemukan inkonsistensi dalam hidup Adam Smith. Ketika tahun 1778 Adam Smith bekerja sebagai commissioner of customs (komisioner pabean/bea cukai) di Edinburgh tentu hal ini cukup mengganggu legitimasi dan kredibilitas bapak pasar bebas dan nabi ekonom kapitalisme ini. Karena beliau bekerja di pabean yang seharusnya pabean sebagai penghambat perdagangan dihapuskan.



Termin “invisible hand” juga hanya sekali disebutkan tanpa dijelaskan dengan komprehensif dalam magnum opusmya, sebuah metafora untuk menggambarkan “sesuatu”. Tetapi dalam penyebaran pengetahuan selanjutnya dinaikkan menjadi suatu yang luar biasa besar dan dimultiplikasi sedemikian rupa. Suatu persebaran yang cukup aneh.



Tulisan singkat ini masih sangat dangkal dalam pembacaan mengenai krisis dengan menggunakan dua pendekatan yang disebutkan diatas. Upaya untuk mendialogkan perspektif dan menyajikan secara padat tentang tema-tema sentral dan pemikir-pemikir kunci dimaksudkan agar memberikan pemahaman dalam menganalisa argumen-argumen yang dibangun.


Sebagai penjaga agar naluri kemanusiaan tidak larut dalam pertikaian ekonomi politik, Vandana Shiva (1997:6), seorang ekofeminisme asal India, mengatakan bahwasannya "ekonomi modern hanya melihat laba bukan kehidupan". Lagipula ekonomi politik datang belakangan dibandingkan alam dan manusia.



Senyum dikit, serius amat sih ....... :D
                
              
              



KEPUSTAKAAN

Aaron Tornell, Frank Westermann. NYTimes. June 20, 2012. http://www.nytimes.com/2012/06/21/opinion/the-european-central-bank-needs-more-power.html?_r=0 (accessed April 1, 2013).

Affairs, European Commission: Directorate General Economic and Financial. Assessment of the public debt sustainability of Cyprus. Provisional draft, 9 April 2013, Brussel: European Commission, 2013.

Baker, Luke. Reuters. July 10, 2012. http://www.reuters.com/article/2012/07/10/us-syria-crisis-cyprus-idUSBRE8690OW20120710 (accessed April 1, 2013).

Callinicos, Alex. Making History: Agency, Structure and Change in Social Theory. Leiden: Koninklijke Brill, 2004.

Campbell, Heather M. Advances in democracy: from the French Revolution to the present-day European Union. New York: Britannica Educational Publishing in association with Rosen Educational Services, 2011.

"centralbank.gov.cy." February 2013, 2013. http://www.centralbank.gov.cy/media/pdf/AnnualEconomicIndicatorsFeb13eng.pdf (accessed April 2, 2013).

CIA. CIA. https://www.cia.gov/library/publications/the-world-factbook/geos/cy.html (accessed 4 4, 2013).

Commission, European. The European Union explained: Economic and monetary union and the euro. Brussels: Publications Office of the European Union, 2012.

Dedman, Martin J. The Originis and Development of The European Union (1945-2008) 2nd edition. New York: Routledge, 2010.

et.al, Ian Traynor. Guardian. March 25, 2013. http://www.guardian.co.uk/world/2013/mar/25/cyprus-bailout-deal-eu-closes-bank (accessed April 4, 2013).

Femke van Esch, Eelke de Jong. "Culture Matters: French-German Conflicts on European Central Bank Independence." Tjalling C. Koopmans Research Institute, Discussion Paper Series 11-23, 2011.

Forgacs, David. The Gramsci Reader, Selected Writings 1916-1935. New York: New York University Press, 2000.

Friedman, Milton. August 28, 1997. http://www.project-syndicate.org/commentary/the-euro--monetary-unity-to-political-disunity (accessed April 2, 2013).

Fukuyama, Francis. The end of History and the Last Man. New York: Macmillan, 1992.
Ginzberg, Eli. Adam Smith and the founding of Market Economics. New Jersey: Transaction Publisher, 2002.

Guardian. January 3, 2013. http://www.guardian.co.uk/world/2013/jan/03/putin-grants-gerard-depardieu-citizenship (accessed April 1, 2013).

Hadjicostis, Menelaos. dailyfinance. march 30, 2013. http://www.dailyfinance.com/2013/03/30/bank-of-cyprus-big-depositors-to-lose-up-to-60-percent-of-savin/ (accessed April 1, 2013).

Harvey, David. A Brief History of Neoliberalism. New York: Oxford University Press, 2005.

Keynes, John Maynard. The General Theory of Employment, Interest and Money. Gutenberg of Australia eBook, 2003.

Marx, Karl. Kapital: Sebuah Kritik Ekonomi Politik Buku III: Produksi Kapitalis secara Menyeluruh terj: Oey Hay Djoen. Bandung: Hasta Mitra, 2007.

—. Kritik Ekonomi Politik, Buku Dua: Proses Sirkulasi Kapital terj: Oey Hay Djoen. Bandung: Hasta Mitra, 2006.

Moulds, Josephine. Guardian. March 18, 2013. http://www.guardian.co.uk/world/2013/mar/18/cyprus-bailout-in-figures (accessed April 4, 2013).

Noonan, Laura. Reuters. April 2, 2013. http://www.reuters.com/article/2013/04/02/us-eurozone-cyprus-laiki-insight-idUSBRE9310GQ20130402 (accessed April 4, 2013).

Palley, Thomas I. "From Keynesianism to Neoliberalism: Shifting Paradigms in Economics." In Neoliberalism A Critical Reader, by Deborah Johnston Alfredo Saad-Filho, 21. London: Pluto Press, 2005.

Paul A.Samuelson, William D. Nordhaus. Ekonomi edisi ke 12. Jakarta: Penerbit Erlangga, 1997.
Queally, Jon. commondreams. March 27, 2013. https://www.commondreams.org/headline/2013/03/27 (accessed April 4, 2013).

Ray, Michael. Britannica. http://www.britannica.com/EBchecked/topic/1795026/euro-zone-debt-crisis/301861/Timeline-of-key-events-in-the-European-sovereign-debt-crisis (accessed April 1, 2013).

Ruggie, John Gerard. "International Regimes, Transactions, and Change: Embedded Liberalism in the Postwar Economic Order." International Organization, Volume 36, Issue 2, International Regimes , 1982: 379-415.

Schnitzer, Martin C. Comparative Economic Systems. Ohio: South-Western Publishing Co., 1994.
Shaxson, Nicholas. Treasure Island: Uncovering the Damage of Offshore Banking and Tax Heavens. New York: Palgrave Macmillan, 2011.

Shiva, Vandana. Bebas dari Pembangunan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1997.

Skousen, Mark. The big three in economics : Adam Smith, Karl Marx, and John Maynard Keynes. New York: M.E Sharpe, 2007.

Smith, Adam. An Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nations . The Project Gutenberg EBook , 2009.

—. An Inqury into the Nature and Cause of the Wealth of Nations. London: The Electric Book Co, 1998.

Strange, Susan. State and Markets. London: Printer Publishers Limited, 1988.

Suryajaya, Martin. "Berpikir dengan Pendekatan Materialisme, Dialektis dan Historis." Problem Fisafat Bulettin Komunitas Marx STF Driyakarya No.1 (STF dwikarya), 2009.

Tisdell, Clem. "Economic Reform and Openness in China: China’s Development Policies in the Last 30 Years." Economi Analysis & Policy, Vol. 39 No. 2, September 2009.

Willsher, Kim. Guardian. December 22, 2012. http://www.guardian.co.uk/film/2012/dec/22/gerard-depardieu-tax-move-divides-france (accessed April 1, 2013).













Jogjakarta, Terban  23 April 2013




Tulisan ini pernah diposting pada tanggal 23 Juni 2013
Di Tamalanreaschool

Mohon maaf jika waktu dan kejadian dalam tulisan sudah obsolete, 
 semoga tidak demikian dengan argumen dasar analisanya



Mari bersulang

#TubrukanCangkirCokelat

#happyRamadhan

#smogadapatkerjadanjodoh

#ehhh

No comments:

Post a Comment