Pages

sang Penentu

San Penentu


waktu itu menunjuk 7 mei 2013 pukul 06:00 A:M, tidak seperti biasanya kali ini subuh begitu bersemangat dengan kabut "sesuatu" akan datang menyelesaikan satu persoalan yang dekat dan kusut. Hari itu merupakan efek hari sebelumnya dimana dari sekian kalinya (sampai lupa berapa kali) mengirimkan aplikasi beasiswa/bantuan biaya pendidikan ke berbagai macam instansi akhirnya ada satu notifikasi yang masuk yang cukup menggembirakan.


"selamat anda berhak mengikuti seleksi wawancara beasiswa xxxx dengan jadwal...... "


kira-kira begitu penggalan inbox emailnya. What a surprise... dikala kegundahan ketidakmampuan menyelesaikan studi karena proses administrasi (pembayaran SPP) ada kabut harapan. Pukul 08 lewat terjadilah pembukaan itu. Proletariat semacam saya ini peristiwa tersebut menggairahkan dalam konteks permasalahan. Terlihat pada orang-orang memenuhi ruangan yang terletak di dalam gedung pascasarjana UGM sumringah luar biasa. Alur acara seperti biasa, adat formalitas membalut acara tidak terkecuali pemaparannya. Presentase materi menyebut lembaga ini dikelola oleh 3 kementrian. Dana Abadi yang dikelola tidak sedikit jumlahnya dan termasuk besar. 


Ya seperti layaknya kabut harapan MLM (Multi Level Marketing) para audience cukup takjub melihat angka-angka dan terlebih terdapat kesan/pesan pemerintah membutuhkan banyak para penstudi untuk mengejar target-target pencapaian mereka. Bahkan di salah satu guyonan pemateri bahwa bapak A dari kementrian xxx apabila mendapatkan target 1500 org lolos akan mendapatkan bonus, apalagi sampai 3000. Betul-betul suatu yang injeksi harapan yang luar biasa terutama orang yg menggantungkan diri kepadanya. 


Harapan orang2 seruangan saya ini bukan tanpa alasan empiris. Dari data disebutkan jumlah applicants 9500 tetapi yg terjaring untuk mengikuti seleksi wawancara sebanyak 1500an. Dan diperkirakan hanya 10% nya saja yang tidak lolos. Jika lolos seleksi wawancara terdapat mekanisme mirip prajabatan dengan berkolaborasi beberapa hari dengan adat militer, katanya sebagai upaya membentuk "nasionalisme" hehee. Sontak para bapak/ibu yg agak tua maupun peserta muda kaget. Tetapi bagi saya bukan itu yang jadi persoalan utamanya. Lulus beasiswa tesis, bisa penelitian yang paling penting bisa bayar SPP.



Setelah mengikuti prosesi pembukaan ternyata sesi wawancara buat saya bergirilan ke-esokan harinya pada 8 mei jam 09:30 kalau begitu saatnya pulang dulu. Sesampai dikost teringat kata bapak ketua pengelola bahwa interviewer :
1. Tidak mencari-cari kesalahan
2. Menanyakan perihal proposal
3. Mencari pemimpin yang integritas dan intelektual
4. Menggali potensi calon penerima



Supaya sedikit lebih gagah dan rapi, pilihan memotong rambut tampaknya bagus. Beranjaklah ketukang pangkas rambut harga 6ribuan. Walaupun terjadi insiden "salah model" tapi keliahatannya lumayan lebih rapi dibanding sebelumnya, pasrah jadi pilihan. Seharian setelahnya saya hanya belajar, mengumpulkan informasi dengan coba menerka-nerka apa lubang-lubang pada substansi penelitianku yang kiranya akan ditanyakan dengan hubungannya apa yag dicari oleh interviewer. Segala sesuatu yang berkorelasi dgn MP3EI dan hubungannnya dengan studi industri kupersiapkan. Pikirku ke-esokan harinya pertanyaan tentang substansi penelitian menjadi persentase terbesar dari 45menit durasi waktu yang disediakan.


8 Mei 09:30 am, kelengkapan administrasi diperiksa oleh petugas yang tampaknya bukan pegawai organik dari salah satu departemen tetapi kontrak. Selesai diperiksa, hard files kususun baik-baik guna memudahkan penyerahan hard files kepada interviewer dalam ruangan.

dan......
tiba waktunya memasuki ruangan itu.


Karena baru lagi merasakan aroma formal tes wawancara  yang mirip dengan wawancara dunia kerja rasa sedikit gugup melanda. Maklum, terakhir situasi seperti begitu terakhir kali tahun 2010-11, dulu sempat menolak untuk bergabung ke salah satu bank nasional sewaktu tes untuk jabatan lebih tinggi gugur dan ditawarkan untuk posisi yang dibawahnya. 


Terlihat 2 bapak dan 1 ibu kesemuanya berkacamata duduk selurus meja. Ruangannya cukup luas mirip ruang kuliah, dan sebuah bangku kosong tempat harapan dipertanyakan terlihat jelas berada didepan para bapak-ibu itu. 


Setelah duduk dengan model serius (setengah kursi tidak duduki untuk kepentingan tegaknya tulang belakang) interviewer pertama yang berada persis didepanku dengan nada yang tidak terlalu keras meminta saya menceritakan tentang gambaran singkat penelitian. Ini awal yang bagus kilahku, dan langsung kujelaskan proses-proses ujian serta substansi penelitian. Bapak yang paling kiri dengan logat Jawa bertanya mengenai ini-itu seputar penelitian. Ditanyakan loyalitas penelitian (maklum karena rencana penelitian di Kuala Lumpur) dan hubungannya dengan Indonesia. Wah suatu gayung bersambut pikirku so far so good eksplorasi penelitian ini bisa memperbaiki penilaian.


Tiba-tiba nada ketus menceletuk dari bapak yang tepat berada di depanku....
dan bencana interview-punnn dimulai...

" ini proposal budget-mu tidak eligible... "


sebuah kalimat pendek itu membuat kaget, perasaan campur aduk...
tiba-tiba pesimitas to the max ... mewujudkan dirinya...

"semestinya ini budget pembayaran SPP, tidak boleh masuk kedalam proposal budget penelitian..tidak ada beasiswa yang mau biayai pembayaran SPPmu" sambil mengajak kedua temannya tertawa kecil......

karena sadar kesalahan ini, maka saya telah mempersiapkan proposal budget revisi tetapi dalam revisi itu masih terdapat item tersebut. Saya menjawabnya "dalam instruksi disebutkan berapa biaya yang kamu butuhkan, jadi saya menulis dengan sejujurnya di proposal budget bahwa item tersebut termasuk yang saya butuhkan. Jika pemerintah membiayai penelitian tetapi tidak dalam administrasi terakhir tersebut sama saja saya  tidak akan selesai". Pikirku, inikan beasiswa untuk orang Indonesia yang kesulitan biaya pendidikan toh selaras dengan itu.

"tidak boleh, ini beasiswa penelitian, mestinya item itu kamu pecah saja menjadi agenda penlitian, beli buku kek apalah terserah....kamu buatlah"


pernyataan tersebut ditimpali dengan ibu yang dandanannya mirip Miranda Gultom, semacam ibu parlente yang jauh dari kesusahan...

"iya, tidak boleh dong... mestinya kamu nanya orang...buat pos itu ya kamu buat agenda "


sejenak saya coba menenangkan pikiran dan perasaan yang berkecamuk....
dalam pikiran "dari permulaan yang dicari kriteria calon yang integritas tetapi kenapa bapak-ibu ini mengajarkan saya korupsi struktural, bagaimana mau sehat bangsa ini klo koruptor di regenerasikan..."

sayapun meminta maaf. karena ketidaktahuan saya, saya cuman mengisi sesuai apa yang betul-betul saya butuhkan pertolongan dari pemerintah melalui skema beasiswa ini...

"tidak ada lagi yang kami tanyakan, saya rasa cukup, nampaknya ini tidak eligible... "

saya " jadi bagaimana pak bisa dipertimbangkan"...

" ya dilihat nanti, kami bukan penentu kok, masih ada di jakarta....."

sekali lagi dalam pikiranku "lahh..klo bapak bukan penentu, ngapain bapak disini  mencari kesalahan saya, bapak-ibu kan nulis laporan tentang saya terus dikirim ke jakarta, pengelola di jakarta sudah mewakilkan diri di bapak-ibu sebagai selektor...jadi apa yang bapak-ibu laporkan itulah yang mereka evaluasi.. Lagipula dalam seleksi administrasi OnLine yang proses seleksinya di Jakarta, toh budgeting yang ada item pembayaran SPP itu sudah lolos di Jakarta. Jikalau mereka sama dengan pandangan bapak "tidak eligible" toh mereka tidak meloloskan saya, dan saya sekarang tidak akan mungkin dihadapan bapak-ibu"

saya "ini berkas hard files saya pak, kiranya dibaca...."
"ooo gak perlu....semua ada kok di database komputer ini..."

padahal di-berkasku itu ada beberapa yang telah kuperbaharui yang dalam beberapa hari ku-urus di jurusan (rekomendasi, surat penelitian dsbnya)...

" ok silahkan meninggalkan ruangan..."

dengan tertunduk lesu dengan pikiran berkecamuk keluar dari ruangan itu...hopeless -kecewa

17/6/2013 08:00 pm..... pengumanpun tiba, dan seperti perkiraan nama tidak tercantum dalam pengumuman/tidak lulus..

                   ------------------------- ___ -------------------------



wahai bapak interviewer yang dilabeli professional oleh konstruksi sosial yang berprofesi dalam panggung sandiwara dunia ini sebagai psikolog. Saya mengerti kehebatan bapak dalam membaca gestur dan sebagainya dalam menilai saya dalam 15 menit dari 45 menit yang disediakan. Bapak tidak banyak mengeksplorasi apa substansi penelitian ini dan konstribusinya, tetapi hanya membicarakan jumlah uang dan pos-posnya.
Saya tahu dengan model kacamata dan cincin emas dengan batu saphire hijau di jari bapak, bapak jauh dari kesusahan ataupun dulu bapak pernah susah tapi sekarang nampaknya tidak lagi. Saya mengerti ini kompetisi bapak mencari yang terbaik diantara yang baik.

Dengan penilaian bapak selama 15 menit berhasil mendeteksi saya. Tetapi bapak sama sekali tidak mengetahui hidup saya. Setahun lebih saya kerja untuk membayar utang usaha yang bangkrut dan guna menabung melanjutkan sekolah dengan penuh keringat dan susah payah. Hujan, kedinginan, dimarahi, keluar kota dalam sehari, driver kue, kerja event diluar daerah, mikul bambu, bangun tenda,  dan sebagainya bahkan sampai tidak tidur saya lakukan untuk melanjutkan studi ini. Ibu saya yang sudah tua dengan masalah keluarga yang berat sebisa mungkin saya selesai secepatnya.


Mungkin bapak-ibu bangga dengan segudang teori psikologi, tapi saya bukan mesin, saya kehidupan yang mempunyai kusut-terangnya sendiri. Kenapa tidak mau perduli kehidupan....

Di saat saya tidak pernah lolos berkas beasiswa (baru kali ini), disaat aplikasi permohonan saya kirimkan ke berbagai instansi baik swasta maupun pemerintah semuanya tutup telinga, inilah nyaris harapan saya satu-satunya untuk bisa menyelesaikan kuliah dengan rencana wisuda bulan 10 nanti.
Saya cuman meminta bapak membaca essay saya dalam bahasa inggris yang sudah saya bawa beserta hard files tetapi nurani bapak mungkin terlalu sibuk menyita waktu dengan hanya 3 menit membacanya semua.


Bapak-ibu interviewer... saya mengira andalah semua jawaban Sang Penentu yang dikirimkan Allah SWT untuk menolong saya. Membantu program pemerintah dalam mencari orang2 yang betul ingin ditolong dan sedang dilanda kesusahan dipendidikan. Saya ingin naikkan jari... "sayalah orang itu pak..."


sekiranya tabungan saya masih cukup dan tidak minus amburadul, saya juga tidak akan apply beasiswa ini karena saya rasa saya masih mampu dan kesempatan akan diberikan ke orang lain. Saya menuliskan jumlah minimalis karena itulah yang saya butuhkan. Sayapun telah merevisi kiranya besaran penelitian di KL besar dimata para selektor saya mengajukan skema B untuk di Jakarta saja penelitiannya, tetapi item yang menurut bapak-ibu yang professional itu semestinya tidak ada justru itulah poin penting mengapa saya ada di depan bapak-ibu, tidak ada motif yang lain.












Ya Tuhan..... kiranya negara menelantarkan orang yang butuh pertolongannya,
orang yang siang-malam berpikir kebaikannya kedepan,
tetapi apa daya, negara mengirimkan serdadu, dengan mata hati gelap, suara lantang dan tegap,
apalah kami rakyat jelata
hanya bisa pasrah di kabut harapan
mendung, kelam, berbisa
kabut yang membawa begitu rupa tipuan harapan 
seperti melihat air di sahara
kami luluh lantah berantakan







sebuah catatan kecil kekecewaan .... post-interview beasiswa LPDP
jogja 18 Juni 2013, 03:00 PM

No comments:

Post a Comment