Pages

A Product Space Analysis : Eksport Komoditas Unggulan Indonesia ( Karet , Mesin dan Baja)




Tugas WA GVC 3 

_________________________________________________________________________________


A Product Space Analysis : Eksport Komoditas Unggulan Indonesia ( Karet , Mesin dan Baja)


Kajian ekonomi politik internasional menghadirkan beragam pengetahuan dan perspektif. Pembangunan negara pada era globalisasi dalam hal ini memberikan banyak simpul penjelasan yang memungkinkan untuk dilekatkan terhadapnya. Product space merupakan metode yang diperkenalkan oleh C.A.Hidalgo dan beberapa ahli lainnya seperti B. Kingler. A.L Barabasi dan R. Hausmann. Hidalgo sendiri dalam mengembangkan product space menggabungkan metode fisika, ekonometrik, geografi (ruang) dan teknik computer programming untuk menunjukkan dengan analisa perkembangan/perjalanan industri suatu negara sehingga membentuk label negara maju dan berkembang, kekuatan dan potensi suatu negara dan memungkinkan untuk memikirkan ulang rangka-rangka kebijakan untuk pembangunan suatu negara khususnya dalam bidang industri.


Penelitian oleh Hidalgo merupakan studi komparasi produk yang dihasilkan oleh industri negara-negara di dunia dalam periode tahun 1980 ke atas. Menjelaskan korelatifitas antara elemen-elemen terkait dalam hubungannya pada suatu produk industrialisasi secara empiris “empirically study this pattern and use network techniques to show that this relatedness, calculated at a certain time point from trade data, governs how countries change their specialization patterns over time: countries move preferentially to related or ‘nearby’ goods (C.A. Hidalgo n.d., 2).



Metodologi Product space analysis

Untuk mengukur apakah suatu negara merupakan sebuah negara eksporter efektif, analisis menggunakan metode Revealed Comparative Advantage (RCA) dimana RCA >1 merupakan negara eksporter efektif dan RCA < 1 kebalikannya. Untuk mengkalkulasikannya digunakan data perdagangan melalui project lead oleh Robert Feenstra (National Bureau of Economic Research), disaggreasi berdasarkan SITC -4 (Standarized International Trade Code – 4 digit level) (C.A. Hidalgo n.d., 2-3).  


Penelitan memperdalam pendekatan dengan memperhatikan densitas dan transformasi disekitar setiap produk di negara-negara. Kekurangan keterhubungan (connectedness dan proximities) antar produk dapat menjelaskan kesulitan yang di hadapi negara yang berusaha menkonvergensikan untuk mendapatkan income level sama seperti negara maju/kaya (C.A. Hidalgo n.d., 5). Atau dengan kata lain semakin banyak/tinggi connectedness and proximities antara barang produk eksport akan semakin baik bagi perkembangan industri suatu negara yang nantinya akan berkorelasi dengan pertumbuhan income. Untuk setiap produk ditetapkan dalam sebuah income level yang dalam hal ini diukur dengan GDP/capita dari sebuah negara.

 
Untuk penggunaan analisa ditunjukkan oleh gambar

 

Analisis product space menunjukkan negara industri maju menduduki inti/core dengan produk yang berelasi dekat seperti mesin, produk baja dan kimia, kemudian periphery pada negara maju terdapat pada produk seperti textiles, hasil hutan dan peternakan.  Negara Asia Timur mengembangkan RCA dengan beberapa clusters, produk core garmen, elektronik dan tekstil. Latin America jauh berada di periphery karena hanya  berpartisipasi di mining, pertanian dan garmen. eksport Sub Sahara Afrika merupakan yang terjauh dari periphery product space. Hal ini mengindikasikan adanya spesialisai dari product space (C.A. Hidalgo n.d., 4).



  


 Gambar menunjukkan bahwa industri di negara maju merupakan produk yang saling terkoneksi, korelasi, turunan, saling suplementary, proximitas yang baik >0.55, densitas yang rapat, kait-mengkait dengan persebaran yang dekat yaitu terkonsentrasi ke tengah (core) sedangkan pada sub sahara sebagai kontrast dengan mengandalkan industri yang mempunyai sedikit produk turunan dan berfondasikan sumber daya alam meskipun kapitalisasi terjadi tetapi hanya menyebar di pinggiran dengan persebaran yang jauh (periphery) akibatnya kondisi kemiskinan industripun terjadi.

Studi product space menunjukkan difusi paling banyak terjadi melalui rantai dengan proximitas 0.6 atau lebih, hal tersebut menjadi strategi paling banyak melibatkan penyebaran ke produk dengan area yang berdekatan, sebuah strategi yang sukses untuk negara maju yang terletak di core of the space, dan ketidakefektifan untuk negara miskin produknya terpopulasi di pinggiran/periphery (C.A. Hidalgo n.d., 7).  



 Studi komparasi pada garmen Colombia (COL) dan elektronik Malaysia (MYS) 1980 – 2000 menggambarkan dengan persamaan kondisi pembangunan industri kedua negara pada 1980, pada tahun 2000 evolusi empiric menunjukkan kapan kedua negara ini mengembangkan RCA >1 dan diperoleh Malaysia lebih cepat dari Colombia. Start yang sama dengan finish yang berbeda (waktu).


 




A case study : Ekspor Utama Indonesia (Karet , Mesin dan Baja)
Berdasarkan data Kementrian Perdagangan 10 komoditas eksport utama Indonesia mencakup textile and product textile, electronic, rubber and rubber article, palm oil, forest product, footwear, Automotive, Shrimps, Cocoa and Coffee. [i]  Secara sekilas dapat dilihat bahwa eksport komoditas sumber daya alam masih merupakan primadona ekspor Indonesia.   Berikut ini data statistik dari Kementerian Perdagangan dalam Main Non-Oil And Gas Exports By Comodity[1]


HS
DESCRIPTION
2007
2008
2009
2010
2011
TREND(%)
2007-2011
40
RUBBER AND RUBBER ARTICLES
6.248,7
7.637,3
4.912,8
9.373,3
14.352,2
20,54
84
MACHINERY
4.683,9
5.226,5
4.721,7
4.986,7
5.749,5
3,70
73
ARTICLES OF IRON OR STEEL
1.148,1
1.399,5
1.141,2
1.468,0
1.905,8
11,20

Kesulitan dalam menganalisa menggunakan model product space oleh Hidalgo adalah perbedaan statistical coding , penggunaan SITC 4 digits dan usaha mencocokkan data diatas menggunakan HS (Harmonized System) yang diatur oleh WCO (World Customs Organization). Heading (2 digits pertama) pada komoditas tidak sama dengan coding SITC 4, contohnya untuk Rubber pada HS heading 40 pada SITC 4 23, material of rubber 621, machinery HS 84 pada SITC 74,  Articles of Iron or steel HS 73 pada SITC 67. Kesulitan ini berdampak pada mempertemukan coding yang dimuat dalam product space map dalam karya Hidalgo dan statistic departemen perdagangan sehingga analisa product space menjadi tidak detail. Product space map tahun 2000 menggambarkan industri Indonesia yang berhasil masuk ke core dengan kerapatan yang cukup intensive adalah produk dengan coding SITC berawalan 6 yaitu derivasi industri Garmen dan textile, rubber, paper (Hidalgo CA 2007).

 Product Space Indonesia 2000











Secara kualitas berdasarkan analisa product space, negara maju mengandalkan intensive capital, transformasi dan difusi pada industri utama (terkonsentrasi ke tengah) yaitu metalurgi, chemical, electronics dan machinery. Jadi secara sekilas grand design dari eksport Indonesia pada rubber menunjukkan peningkatan volume eksport yang tinggi dan produk turunan/derivasi, transformasi dan proximitas yang baik tetapi jika dibandingkan dengan core negara maju yang berfondasi metalurgi, kimia, elektronik, posisi rubber untuk mendorong posisi negara miskin ke kaya masih jauh karena posisi rubber terkonsentrasi di pinggir core.  Strategi mengupgrade rantai nilai dengan turunan produk dapat menjadikan hasil-hasil produk mempunyai kerapatan yang baik yang akhirnya dapat menumbuhkembangkan aktivitas ekonomi.




Berdasarkan analisa product space Machinery yang seharusnya menjadi agenda utama industrialisasi berdasarkan pengalaman negara-negara maju dengan pertumbuhan 3,70% dari tahun 2007-2011 di rasa masih jauh dari pemenuhan pertumbuhan industrialisasi yang mampu mengangkat taraf negara. Iron or steel sebagai difusi,transformasi dan derivasi produk metalurgi dan proximitas terhadap produk lainnya dengan perkembangan 11.20% (dari tahun 2007-2011) merupakan trend yang bagus tetapi harus ditingkatkan lagi karena iron or steel merupakan produk dengan proximit terbanyak ke produk lain yang dapat membawa serta pertumbuhan dan perkembangan produk lainnya. Industri metalurgi menjadi contoh sukses dalam fondasi industrialisasi negara-negara yang dikategorikan maju/kaya sekarang ini, jika ingin melakukan grand design untuk step forward menjadi negara dengan intensifikasi capital terkumpul di tengah (core) mengikuti negara maju maka industri Iron or steel tersebut mutlak harus digalakkan dan diberikan perhatian yang serius.















REFFERENCES

C.A. Hidalgo, B. Klinger, A.L. Barabási, R. Hausmann. "The Product Space Conditions the Development of Nations."

 Hidalgo CA. Klinger B, Barabasi A-L, Hausmann.R, Science 317, 482-487. 2007













ckckk awas ilmu prett... ckkckc ilusi lagi :D



No comments:

Post a Comment