Pages

Mari Nge-Laut



Berapa hari lalu tepatnya tanggal 11 Agustus (beberapa hari setelah idul fitri)  saya berencana untuk kembali ke jogja secepat mungkin mengerjakan yang bisa dikerjakan. Berhubung masih dalam rangkaian H+,  jalur transportasi di semua lini sedang lucu-lucunya (baca:padat) dan inflasi harga tiket terjadi dimana-mana. Menyesuaikan budget yang telah dikumpulkan selama kurang lebih satu bulan, tertutup harapan untuk terbang ke pulau jawa. Jalur laut adalah pilihannya, yang biasanya waktu tempuh 1 jam lebih kini akan lebih dari 24 jam.




Melihat jadwal di Pelni…ahaaa ada KM. Tidar siap ke Surabaya tanggal segitu.  KM Tidar ini menurut salah satu teman bernama Laode merupakan neneknya kapal laut karena dia masih ingat waktu pertama kali tiket kapal laut keluar sudah bergambar Tidar. Secara meyakinkan, kapal ini tua.



Tapi tidak ada pilihan kapal laut lain, pikirku mesin kapal yang selalu terpakai kan staminanya bagus meskipun bodynya reot-reot, ini juga sebagai peringatan supaya organ manusia dipergunakan sesering mungkin jangan sampai tumpul…hahaaaaa



Next, tanggal 11 agustus pukul 11:30 berpamitan kepada semua keluarga, meski kaki ini melangkah berat karena baru berapa hari setelah idul fitri demi sesuatu yang belum pasti harus di usahakan tetap strong. Membeli tiket di travel depan pelabuhan Makassar (soekarno) dimana petugas travelnya mengatakan 30 menit lagi berangkat (12:30) …. berlari-lari menuju Kapal itu dengan harapan tidak ketinggalan ternyata ehh ternyata kapal nya baru berangkat jam 15:00… puftttt #_#



Setelah sekian lama baru lagi naik kapal, inilah moda transportasi yang menghubungkan dunia sejak dahulu kala dan sekarang mengalami kemorosotan akibat persaingan si besi terbang (baca: pesawat) dimana yang menaikinya seakan-akan telah mengangkat satu level hidupnya (prestise). What a ridiculous mind….ckckkk



Seperti fenomena umum…penumpang lagi lucu-lucunya (baca:banyak) seiring momentum H + tersebut. Cari-cari tempat u/ bisa meletakkan barang dengan aman, naik dek satu turun dek yang lain wah kayaknya sudah full, akhirnya menuju dek paling atas u/ penumpang di posisi belakang (dekat musholla). Pikirku meskipun disini banyak angin (masuk angin itu sudah pasti) setidaknya barang2 aman karena dekat musholla dan jika di ijinkan nanti langsung masuk tidur di musholla. Dengan gelaran karung seharga Rp.5 ribu menjadi tikar tempat menaruh barang…. excited kali ini berganti dengan rasa was-was. Jangan2 ada pencopet dan sebagainya…akhh kacauuu..





Tiba-tiba 2 pemuda mendatangi tempat dudukku, satu brewokan dan berbadan besar dan satunya lagi semi klimis2. Pikirku inilah preman kapal siap2 berkelahi klo begini… dan beberapa saat kemudian si brewok berkata “kita ….toh, yang sekolah di SMP 3 makassar dulu, masih nu ingatja..teman kelasmu”….astaga pria ini teman SMP ku ternyata. Sosok yang agak lupa2 ingat (maklum saya pelupa) karena sudah 13 tahun nda ketemu… akhirnya terselamatkanlah saya for being lonely di kapal dengan rasa was-was sepanjang perjalanan. Terselamatkan juga apabila muntah2 mabok laut, barang2 bisa di tinggalkan dengan aman. Selanjutnya saya bergabung dengan teman2nya…yang berprofesi sebagai tukang ahli las, konstruksi dll dalam rangka kerja di Jepara.




Angin yang kencang membuat masuk angin, akhrinya teman berinisiatif mencari tempat tidur di dek jikalau masih ada. Dan sekali lagi God shows miracle…eh ada beberapa tempat tidur yang kosong ternyata. Alhamdulillah yah…sesuatu.




Pemandangan di kapal, kita bisa menyaksikan realitas kelas sosial dan kemiskinan disini. Tampak beberapa orang yang ingin mengadu nasib di pulau orang, bergerombol bersama komunitas asal sedaerah. Ada juga yang membawa anak-anaknya sudah tidak lagi karuan karena mabok laut, sudah sakit dan sebagainya. Fasilitas WC yang seadanya, di berbagai bagian kapal bau pesing, makanan pembagian dengan menu yang sangat minim.  Ada juga beberapa orang yang makan di dekat pantry yang disamping terdapat tumpukan sampah. Dan macam-macam sebagainya, kekumuhan dan kemiskinan yang tidak akan anda dapatkan jika anda naik pesawat. Tetapi diserba minimnya apa-apa para crews kapal berusaha menunjukkan yang terbaik (the best what they got).




ada juga pasangan suami istri yang mengaku anaknya yang usia baru 2 minggu lahir di kapal ini sewaktu trip yang lalu. Betul-betul perjuangan yang luar biasa bagi 2 insan yang membina keluarga dari bawah, menjaga anak dengan sepenuh hati meskipun kondisi merekapun payah. Salut dan keheranan yang luar biasa pada cerita-cerita kecil seperti ini.




Ada juga bapak yang dari daerah papua, sudah 1 minggu lebih diatas kapal ini dan sebentar lagi turun di tanjung perak Surabaya, pelabuhan tujuan saya juga. Perawakannya kekar dan seperti tentara terlatih tetapi dari ceritanya terdapat kerapuhan-kerapuhan hidup yang berusaha diatasinya dengan tidak patah semangat dan rajin. Sekali lagi salut yang luar biasa pada cerita-cerita seperti ini.




Dan masih banyak cerita lain yang saya dengarkan dari orang-orang di atas kapal ini. Tampak mereka senang sekali mendapatkan teman bercerita. Mungkin selama ini mereka terlalu sibuk dengan aktivitas permukaan yang menyita banyak sekali waktu sehingga tidak ada tempat untuk merefleksikan dan bersedih. Mungkin bagi orang lain mereka kecil dan terkadang sampah, tapi bagi saya suatu kisah luar biasa.








Sekali-kali…kawan ayoo melaut..
saksikan Indonesia dari sudut yang berbeda

dan anda harus kuat,

melihat betapa kacaunya dan salah urusnya negara ini….
begitu banyak mereka menanggung dosa yang mereka tidak perbuat...











Jogja 15 August 2013






No comments:

Post a Comment