Pages

Teratur

alam jagat raya merupakan sesuatu yang teratur, tidak ada satupun dari pergerakannya yang tidak dalam keadaan tidak konstan dan rapi. Tidak pernah matahari, bulan dan satelit2 planet bergerak dengan jadwal yang salah. Jika di bumi hanya mengenal siang dan malam dengan pembagian 24 jam, di planet lain yang memiliki kondisi berdasarkan banyak satelit yang mengorbit. Tetapi satu persamaan, semua teratur.

Dikotomi biner ala jagat raya, menciptakan pembedaan ataupun persamaan-persamaan secara berpasang-pasangan. Anatomi tubuh pun secara empiris menandakan berpasangnya mayoritas dirinya. Newtonian ataupun apapun namanya hanyalah sebuah penamaan untuk sebuah fenomena yang telah ada sebelum penemunya lahir. Dia terus bergerak, sama, teratur dan terunifikasi.



Jika kategori biner ini untuk pembedaan maka ia menghasilkan dua hal yang saling ada menutupi, melengkapi dan berlawanan. Pilihanpun terasa sedikit karena hanya beropsi satu dari lawannya. Apa yang terabstraksi yaitu magnitude dua kutub.


Lalu apa yang terjadi pada manusia dan sosial,
secara lebih personal dengan preposisi pilihan satu, bahwa selalu konstan pemenuhan dan daya magnit bagi seseorang hanya untuk seseorang. Alam telah menutup pilihan adanya dua pilihan atau lebih untuk mengisi void/kekosongan seseorang. Tak ada jalan untuk mengisinya dengan bilangan selain satu dan tak mungkin ia di kelabui. Jikapun dikelabui hanya permukaan yang menampilkan riak-riaknya dengan kedangkalan sangat rendah dan mengenaskan.



Lalu bagaimana ketika lepas, pergi ataupun sesuatu terjadi. Jelas pincang. Usaha untuk menghadirkan yang lain harus dengan menutup katub yang lama dengan energik sesuatu yang baru. Tapi bagaimana jika sesuatu yang baru justru melumpuhkan?. Tentu pincang, tidak ada jalan keluar.




Tulisan inipun terasa menjijikkan ketika abstraksi perasaan di saat kekacauan dunia sedang melanda. Keadaan Mesir dan Suriah, Palestina, dan sebagainya dimana setiap orang sedang dalam mara bahaya selalu mengintai, malaikat maut tampak sibuk dan harapan hidup semakin menipis. Tapi kejadian serupa pun tak kalah pedisnya ketika satu dari keteraturan menemui orbit dan waktunya. Seorang anak yang kehilangan orang tuanya dan sebaliknya, seorang suami yang kehilangan istri dan sebaliknya, seorang dambaan hati kehilangan dambaan hatinya dan seterusnya. Ataupun seseorang yang takut melangkah karena proyeksinya akan keteraturan dimana ia mendapati dirinya secara teratur tidak akan melangkah jauh untuk sesuatu yang baru. Tak ada ruang berkeluh kesah dengan satu yang pasti. Macet dan buntu....





jogja,
2 AM, welcoming 1st September 2013

No comments:

Post a Comment