Pages

Opini: Ekonomi Politik Keamanan Krisis Ukraina



Jogja-Terban, 1 Maret 2014
Ekonomi Politik Keamanan Krisis Ukraina                                                                                       

Dimensi Politik

Yanukovych dijatuhkan dari kursi kepresidenan pada 22 Februari lalu (naik menjadi presiden 2010) oleh impeachment Verkovhna Rada (parlemen unicameral/satu kamar Ukraina) dengan suara 328 dikarenakan tuduhan reaksi kekerasan menghadapi para pendemo di lapangan Maidan-Kiev. Yanukovych menjadi aktor politik pro-Rusia, menjauhi UE-AS dan NATO. Track record Yanukovych menjadikan ia sosok yang kontroversial semenjak masuk di beberapa posisi pemerintahan awal tahun 2000an. Beberapa kebijakan kontroversial sebagai Presiden misalnya menjadikan bahasa Rusia sebagai bahasa resmi kedua, sensor media dan pengurangan kekuatan oposisi dengan pemenjaraan pemimpin oposisi dari partai nasionalis “Fatherland” Yulia Tymoshenko pada 2011. Sentralisasi berlebih dengan pengurangan kontrol kekuasaan.


Pendemo yang kebanyakan etnis Ukraina menganggap Yanukovych dan lingkaran dalam pemerintahan melakukan kleptokrasi dan serangkaian fraud lainnya yang menyebabkan kondisi ekonomi memburuk. Sentimen anti-Rusia meningkat, sekitar 100 patung pemimpin revolusioner Lenin di jatuhkan di beberapa wilayah terhitung sejak Desember 2013 - Februari 2014. 

Oleksandr Turchynov bertindak sebagai presiden interim menggantikan Yanukovych dengan periode jabatan sampai pemilihan presiden 25 Mei nanti. Pada 27 Februari Arseniy Yatseniuk (salah satu pemimpin oposisi) terpilih menjadi PM dengan suara parlemen 371 dari 417. Yatseniuk beberapa tahun terakhir mengincar jabatan eksekutif tertinggi tetapi baru kali ini melalui tekanan sipil (demo) anti-pemerintah Yatseniuk mendapatkan posisi awal dari beberapa langkah kedepan yang direncakannya. Posisi Yatseniuk yang merupakan mantan menteri luar negeri membuka banyak peluang untuk membicarakan aliansi, Yatseniuk merupakan sekutu dekat Barat (Eropa Barat) dan AS.  

Kemungkinan besar presiden yang terpilih pada Mei nanti apabila keadaan masih ditangan anti-Rusia yaitu perempuan bernama Yulia Tymoshenko. Sehingga duet Tymoshenko – Yatseniuk memuaskan hasrat massa popular dan sekutu Barat. Untuk Ukraina secara umum oposisi naik menggantikan pemerintahan berkuasa ditengah jalan periode kerja merupakan hal yang biasa terjadi terutama sejak 2000an.

Dimensi Keamanan
Bagi Rusia, Ukraina sebagai negara tetangga “halaman” memainkan peran vital dalam geopolitik baik dimensi keamanan pertahanan dan ekonomi. Kehilangan sekutu elit pemerintahan sama dengan pengurangan grip. Reaksi Putin dan ahli strateginya menggunakan teknik fait accompli untuk mendapatkan persetujuan parlemen Rusia untuk menurunkan pasukan dengan pertama kali menyebar pasukan di Crimea (kota Sevastopol- Simferopol). 


Crimea merupakan wilayah Ukraina yang terpisah berada di laut hitam yang mendapatkan kerjasama khusus Ukraina-Rusia pada tahun 2010 (Presiden Yanukovych) untuk membentuk pangkalan armada laut. Relasi militer-militer Rusia-Ukraina di Crimea sejauh ini bersimbiosis oleh karena perubahan derajat politik di Kiev tidak serta merta merubah relasi di lapangan dikarenakan otoritas militer yang terbelah. Crimea berstatus republik otonomi dan daerah berpopulasi muslim terbesar di Ukraina, distribusi etnis Russia sebagai mayoritas menggantikan persentase Muslim Tatar yang tersingkir pada era Perang Dingin. Gelombang Muslim sendiri meningkat ketika daerah tersebut dikuasai oleh kekaisaran Ottoman. Komposisi etnis dimana Rusia dominan di wilayah ini dijadikan salah satu justifikasi penyebaran pasukan militer di Crimea untuk melindungi living space etnis Rusia. Sementara di ruang geografis lain dimana etnis Ukraina mayoritas, sentiment anti-Rusia terekskalasi.

Bagi sekutu Barat-AS-NATO, majunya jarak armada laut khususnya di laut Hitam jelas menambah ancaman terlebih Rusia ditangan Putin – Medvedev. Sebelumnya doktrin keamanan Rusia berubah terutama pos-Soviet. Semenjak Boris Yetlsin berkonflik dengan Duma pada 1993 dan beberapa konflik internal seperti Checen dan terutama naiknya Putin merubah doktrin militer Rusia baik terhadap CIS, Eropa Barat dan AS. Perubahan utama semenjak tahun 2000, NATO dijadikan ancaman eksternal dan bersifat aggressor sedangkan ancaman internal pada gerakan separtisme.


Bagi para penstudi Hubungan Internasional terutama yang berkonsentrasi pada kajian keamanan dan konflik memberikan model geopolitik yang dijalankan Amerika Serikat ini sebagai strategi Anaconda. Sebuah model pembatasan gerak geografis dengan serangkaian blokade yang dipraktekkan pada perang sipil Amerika era Lincoln. Bagi Sekutu Barat, ”melepaskan” Crimea dari Rusia yang akhirnya memberikan gerak mundur bagi Rusia merupakan suatu mekanisme pembatasan. Begitu juga membatasi ruang Rusia agar tidak memasuki Ukraina daratan demi keberlanjutan kubu oposisi di puncak kekuasaan.


Bagi Rusia sendiri, “melepaskan-memerdekakan” Crimea dari Ukraina merupakan opsi penting dari kondisi hilangnya grip di Ukraina daratan. Jadi selain show force­ - detterence yang diperlihatkan militer Rusia di Crimea, taktiknya adalah upaya preventif munculnya model Anaconda yang dipraktekkan Barat tersebut. Tentunya bagi Rusia kehadiran penguasa baru dengan membawa shield baru yaitu NATO akan mengancam pertahanan mereka karena hadir dihalaman belakangnya. Bagi Rusia ini bukan perimbangan kekuatan melainkan pelemahan kekuatan. Persoalan bukan soal subjek Rusia semata misalnya kekuatan Rusia hadir di halaman AS di Meksiko atau kehadiran pangkalan laut di Wales tentulah AS dan Inggris akan melakukan hal serupa. Namun perbedaan signifikan antara Rusia dan AS – Inggris adalah leaders really matter di Rusia. 


Barry Buzan (2003:43-4) dalam teori regional security complex mengatakan variabel proximitas geografis memberikan tekanan dan interaksi keamanan berdinamisasi, dan kondisi keamanan negara saling terkoneksi serta memberikan efek laanjut pada regional. Tentunya fenomena ekonomi-politik-keamanan regional Eropa Timur maupun Eurasia berkorelasi erat dengan fenomena perang dingin (Soviet-pos-Soviet). Perang Dingin tidak pernah reda hanya skala dan porsinya saja yang fluktuatif dan model pergeseran bipolar ke multipolar.


Ketakutan bagi oposisi yang kini naik ketampuk kekuasaan Ukraina adalah lepasnya Crimea dan masuknya invasi sampai berjarak dekat dengan Kiev. Atau kejadian seperti di South Ossetia-Georgia pada Agustus 2008 dimana perang sepekan ini kurang terdengar di masyarakat umum dikarenakan hingar bingar Olimpiade Beijing berlangsung pada saat bersamaan.

Sejauh ini model Georgia dan Ukraina relatif sama yaitu menggunakan gerakan sipil (di Georgia revolusi Mawar pada November 2003), presiden tumbang, naiknya kubu pro-AS-Barat (presiden Shaakashvili) dan eratnya pertautan NATO dan salah satu ujung trajektorinya adalah Georgia menjadi negara hub (pipeline BTC) strategi migas sekutu setelah gagal mendapatkan Armenia. Tetapi dalam dimensi keamanan dan militer terdapat perbedaan signifikan antara Georgia dan Ukraina yaitu relasi militer-militer. Di Georgia sebelum tekanan sipil dalam revolusi para aparat militer telah mendapatkan pelatihan dari NATO atau secara singkat telah terdapat relasi militer Georgia-Sekutu. Sedangkan di Ukraina relasi militer berhubungan erat denga Rusia.


Dimensi Ekonomi
Para protestors  pada akhir November 2013 menggunakan momentum ekonomi yaitu terpuruknya kondisi ekonomi dan penolakan Yanukovych terhadap skema integrasi UE sebagai trigger disamping akumulasi masalah lainnya. Penolakan Yanukovych bukan persoalan idologi dan semacamnya tetapi penuh kalkulasi ekonomi. Dalam skema integrasi UE potensial nilai yang dihasilkan jika dikalkulasi tidak sampai mencapai 2 milyar US dollar sedangkan Kremlin menawarkan potensial nilai sebesar 15 milyar US dollar.

Kepentingan nasional Rusia dalam “menjaga dan merawat” Ukraina salah satu yang terbesarnya adalah suplai migas mereka ke Eropa Barat melalui jaringan pipa yang terbentang dari Siberia dan beberapa hulu lainnya ke German dan negara lainnya. Geostrategis pertahanan dan peletakan pangkalan armada laut di Crimea juga dapat dipandang dari sudut politik migas, yaitu sebagai upaya pengamanan jalur pipa baik yang sudah terinstal di Ukraina maupun yang diproposalkan. Seperti proposal South Stream konstruksi jaringan pipa rantai suplai Rusia menuju ke Yunani - Italia dan sebelah Barat sampai Austria melalui jalur laut Hitam menempatkan dimensi penting pertahanan Crimea. 

Jalur pipa yang telah terinstall dari Rusia sampai ke German via Ukraina merupakan hal yang krusial untuk diamankan. Perselisihan suplai energi ini akan merugikan milyaran dollar Rusia dan ketahanan energi di Eropa Barat seperti yang terjadi beberapa tahun lalu. Terlalu tingginya ketergantungan Eropa Barat akan suplai Rusia membuat power Rusia membesar. 

Hal inilah yang ditakutkan kedua belah pihak yaitu bagi sekutu Barat jelas Rusia semakin agresif. Bagi Rusia power bisa mengecil dikarenakan terbukanya peluang Ukraina meningkatkan tekanan ekonomi (misalnya toll fee migas, membatalkan proyek pengadaan armada dan perlengkapan militer dan sebagainya) yang mengundang pemain baru. Rusia menghawatirkan pemain migas sekutu Barat yang beroperasi di Laut Kaspia (Azerbaijan dan Kazakhstan) masuk menggantikan suplai Rusia ke Eropa Barat. Artinya sebagian kecil kartu yang jatuh akan berefek rentetan lebih besar.


Dalam periode ini informasi yang beredar sangat banyak. Beberapa diantaranya bermodel reportase yang menenggelamkam pembaca pada lautan permukaan. Dari reportase kita dibantu mendapatkan cerita jam per jam, hari per hari tetapi tidak dengan analisa. Dengan pengelompokan kepentingan masing-masing pihak kita dapat mengetahui lebih jelas dan terhindarkan dari macetnya proses berpikir dari tumpang tindihnya informasi. Media massa nasional modelnya hanya menyadur dari media internasional. Permasalahannya adalah media internasional ikut mengkonstruksi opini. Media merupakan domain operasionalisasi power kewacanaan.


Dalam hal ini penstudi hubungan internasional diharapkan mengetahui historitas, geopolitik Eropa Timur, aktor politik dan sebagainya untuk membangun analisa. Kepentingan maupun motif itu secara sederhana dapat dikelompokkan sebagai berikut: massa populer dan solidaritas mekanik bertautan dengan freedom – dignity maupun heorisme lainnya, penduduk mayoritas Crimea mendekat dengan Rusia (berpotensi referendum), muslim Tatar menolak Rusia, pemimpin oposisi duduk di puncak kekuasaan sehingga UE – AS – NATO lebih dekat kepada Ukraina melakukan reorganisasi modal baru, bagi Rusia berupaya mempertahankan Ukraina daratan jika kalah berfokus pada Crimea. 


Ada kemungkinan model perang Georgia berulang dengan konsekuensi Rusia kehilangan kekuasaan atas sebagian besar Ukraina dan terfokus pada Crimea. Tapi tampaknya skenario perang akan sia-sia bagi legitimasi Rusia yang sedang melorot drastis. Justru sebaliknya perang akan memberikan efek penguatan bagi oposisi sekaligus membuka jalan jaringan keamanan dan modal baru untuk masuk.

Skenario terlemah Rusia, adalah memberikan asistensi ekonomi sehingga Ukraina menjadi patner. Strategi bersabar (wait & see) jika keadaan tetap korup lima tahun kedepan terdapat peluang reverse ke kubu Rusia melalui jalur demokrasi prosedural. Semua aktor interplay saling head to head mengkalkulasi resiko dan strategi berdasarkan posisi organik masing-masing dan yang nampak dipermukaan ialah pemimpin negara. Yang terlihat nantinya hanya efek dari fenomena ini yaitu tekanan/saling ancam melalui jalur diplomasi, perdagangan dan sebagainya.


Pihak Barat selalu menarasikan self determination, standar ganda atas apa mereka lakukan di negara lain (Irak, Libya). Secara konsep tidak ada yang salah dengan itu dan tidak ada yang netral (either…or..). Untuk kasus Ukraina self determination akan sesuai kalkulasi mereka (sekutu Barat). Inti dari selimut kondisi ini adalah sebuah motif ekonomi melalui jalur politik yang membutuhkan pengamanan militer. Dan pihak yang paling menderita adalah masyarakat biasa.




 (Mi2n)

No comments:

Post a Comment